berita-utama

Keistimewaan Gili Iyang, Sumenep; Bisa Nikmati Kadar Oksigen Tertinggi Kedua di Dunia

Selasa, 12 Oktober 2021 | 10:20 WIB

Tak sedikit orang, termasuk dari luar negeri, yang berkunjung ke Gili Iyang untuk membantu penyembuhan penyakit. Oksigen dengan kadar tinggi, makanan langsung dari alam, dan hidup yang tak dibuat rumit konon menjadi alasan banyak warga setempat berusia di atas seratus tahun.KALAU saya bilang usia saya 120 tahun, banyak orang yang tidak percaya,” kata Sahlan, lantas tersenyum. Saya tak perlu memintanya menunjukkan dokumen atau bukti kelahiran untuk mendukung pernyataannya itu. Sebab, di pulau tersebut, saya menjumpai banyak sekali orang yang berusia di atas seratus tahun. ­ Sosok terdekat Sahlan, sang istri, Misnariya, pun telah berusia 105 tahun. Jaksa Edi, warga setempat, mengung­kapkan bahwa ada kakek dan tetangganya yang meninggal beberapa tahun lalu pada usia 135 tahun. Selama masih hidup, kakek itu mengalami beberapa fase. Mulai ram­butnya memutih semua hingga kembali menghitam. ”Tidak disemir. Dari uban semua, jadi hitam lagi. Saya menyaksikannya,” ucapnya. Selamat datang di Gili Iyang, pulau kecil di wilayah Sume­nep, Madura, tempat dengan kandungan oksigen terting­gi di Indonesia dan nomor dua di dunia. Bahkan, di bibir pantai itu kesejukan sudah langsung menyergap begitu taksi laut yang kami –saya dan fotografer Puguh Sujiatmiko– sewa tiba di der­maga Gili Iyang. Sekitar 30 menit baru saja kami lalui dalam perjalanan dari Pelabuhan Dungkek, Sumenep, pada Jumat (24/9) menjelang akhir bulan lalu. Kami langsung mengambil langkah cepat menuju tepi dermaga. Di sana sudah ada warga lokal yang menyedia­kan sepeda motor untuk kami berkeliling di Gili Iyang. Temuan kadar oksigen Gili Iyang yang hanya kalah dari Laut Mati, Jordania, itu diumumkan Lembaga Pe­nerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 2006. Dan, diperkuat Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jawa Timur. Pada Oktober 2015, rekan Jawa Pos yang lain, Candra Kurnia, lebih dulu berkunjung ke sini. Dia mendatangi se­jumlah objek wisata di Gili Iyang. Salah satunya, tebing Batu Canggah. Enam tahun berselang, dengan nama yang kian po­puler, dengan jumlah peng­unjung yang kian banyak, tetap tak ada hotel, resor, atau vila di Gili Iyang. Seperti kata Candra enam tahun silam, cara paling asyik menikmati Gili Iyang adalah menginap di rumah warga lokal. ”Biasanya, wisatawan ke sini (Gili Iyang, Red) jarang menginap. Mereka berangkat pagi, lalu pulang sore,” ujar Budi Heriyanto, anggota Pol­res Sumenep yang bertugas menjaga keamanan Gili Iyang. Ada juga wisatawan yang menginap di tempat titik oksigen Pulau Iyang di Desa Bancamara. Di sana sudah tersedia gazebo-gazebo yang disediakan ketika pengunjung ingin menikmati udara terse­gar di pulau tersebut. Total, ada sepuluh gazebo di lahan sekitar 200 meter persegi itu. ”Kadang mereka tidur di ga­zebo. Mereka malah senang karena bisa menghirup uda­ra bersih sepuasnya,” ujarnya. Di samping lokasi titik oksi­gen itulah Sahlan dan Mis­nariya tinggal. Sahlan seka­ligus bertugas menjaga ka­wasan wisata tersebut. ”Bia­sanya, orang datang ke sini karena penasaran sama kadar oksigen yang katanya terbaik kedua sedunia,” kata Sahlan. Namun, tak sedikit juga orang yang datang memang berniat untuk penyembuhan. Bahkan, mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia hingga luar negeri. Mereka kadang datang dengan ma­salah asma hingga stroke. Setelah berkunjung ke Gili Iyang untuk menikmati uda­ra terbaik di Indonesia, me­reka pun merasakan kondisi yang lebih baik. Ada yang bahkan datang dari Tiongkok. ”Satu orang di antaranya ber­kursi roda. Mereka datang ke sini untuk berlibur dan meng­inap dua hari di rumah war­ga. Kondisinya membaik,” ungkapnya. Sahlan mengungkapkan, rata-rata pengunjung yang datang dengan gangguan pernapasan mengaku kon­disi mereka membaik setelah beberapa hari tinggal di Gili Iyang. ”Pengunjung tidak bisa me­rasakan perbedaan kondisi kesehatannya kalau hanya singgah sebentar. Harus meng­inap beberapa hari karena lingkungan di Gili Iyang ma­sih terbilang bersih dan belum tercemar,” jelasnya. Karena itulah, banyak pen­duduk di Gili Iyang yang be­rumur panjang. Warga beru­sia di atas seratus tahun sudah menjadi pandangan yang biasa di pulau tersebut. Dan, rata-rata mereka masih kuat menjalankan aktivitas rutin. Sahlan menjelaskan, warga setempat memiliki kebia­saan selalu berpikir positif. Hidup pun tak dibikin rumit. Makanan yang dikonsumsi juga langsung berasal dari alam. Mulai umbi-umbian, sayur, hingga ikan laut. Pen­duduk yang menetap di Gili Iyang rata-rata tak pernah punya keluhan penyakit-penyakit kronis. ”Banyak-banyak berzikir, minta umur panjang sama Allah SWT,” tuturnya. Masih penasaran, saya pun meminta untuk diantar ber­keliling ke rumah-rumah warga. Termasuk di lokasi titik awal ditemukannya ka­dar oksigen tertinggi oleh Lapan di Desa Banra’as. Udara di desa itu benar-benar segar. Rasanya, saya seperti berada di daerah pegun­ungan. Padahal, jelas-jelas saya berada di pesisir pantai. ”Lokasinya di sini. Tepat di ladang warga,” ungkap Budi dan Edi yang mengantar saya. Di sekitar kawasan tersebut, ada Munanti. Nenek itu sudah memiliki anak dengan usia yang sudah senja pula. Cucu dan cicitnya sudah tak ter­hitung. Tubuh Munanti me­mang sudah terlihat tua. Pendengarannya mulai menurun. Namun, daya ingat­nya masih sangat tajam. Sehari-hari di rumahnya dia duduk sambil melantun­kan bacaan hafalan Alquran. Bahkan, ketika saya datang berkunjung, Munanti masih terus melantunkan ayat-ayat kitab suci. ”Sejak kecil, memang sering mendengar lantunan ayat-ayat Alquran. Jadi, sampai berusia 135 ta­hun, meski pendengarannya turun, ingatannya masih kuat,” ujar Edi. Kadar oksigen tinggi di Gili Iyang telah mendatangkan begitu banyak manfaat. Wi­sata, penyembuhan, dan pan­jang umur. Pulau Gili Iyang memang memiliki pesona tersendiri. Bukan cuma buat warga setempat, tapi bahkan sampai penduduk mancane­gara. Tak terkecuali, para mo­toris taksi laut di Pelabuhan Dungkek yang mengantongi rezeki dari mereka yang terta­rik dengan tingginya kadar oksigen Gili Iyang. (jp/feb/run)

Tags

Terkini