METROPOLITAN - Malasari. Desa di pelosok Kabupaten Bogor itu sudah terkenal dengan pesona alamnya. Meski aksesnya tak mulus, pengunjung bisa terhipnotis dengan keindahan alamnya. Anginnya yang segar membuat pikiran ikut rileks. Belum lagi saat menyusuri jalan bebatuan. Hamparan sawah berundak-undak jadi pemandangan menakjubkan saat berada di desa tersebut. Masyarakat setempat menamainya dengan istilah Terasering 1001 Undak. Persawahan di sana mirip area persawahan di Ubud Bali. Berjarak sekitar 20 kilometer dari kantor Kecamatan Nanggung, Terasering 1001 Undak sudah ada sejak 1945 atau sejak era Presiden RI pertama, Soekarno. Persawahan tersebut jadi sumber mata pencaharian masyarakat di sana. ”Dari zaman dulu terasering itu sudah ada, dan dibuka sejak zaman kemerdekaan 76 tahun yang lalu. Hamparan sawah itu adalah salah satu ciri khas desa kami,” tutur Abah Udin Saepudin. Terasering 1001 Undak juga sangat diminati wisatawan untuk berswafoto dengan latar seperti di Ubud yang ada di Pulau Dewata. Tak heran bila Bupati Bogor Ade Yasin ingin kawasan Nanggung menjadi destinasi wisata baru setelah Puncak, Cisarua, Bogor. Bahkan, bila bernasib mujur, setiap pelancong yang datang bisa melihat langsung pemandangan Gunung Salak dan juga Gunung Gede Pangrango. ”Selain dua gunung itu juga ada sunrise di terasering. Biasanya jam 05:30 pagi,” ujar Wakil Ketua Karang Taruna Desa Malasari, Iik Setiana. Untuk sampai di tempat itu, butuh waktu sekitar dua sampai tiga jam dari Kota Bogor. Lokasinya cukup jauh dari ingar bingar perkotaan. Selain pemandangan indah Terasering 1001 Undak, Desa Malasari juga mempunyai wisata alam lainnya. Seperti Kebun Teh Nirmala, Jembatan Kanopi, sampai air terjun dan sungai. Keindahan alamnya akan membius siapa saja yang datang ke desa yang 70 persennya masuk kawasan konservasi alam Gunung Halimun Salak. Pastinya, sangat memesona dan menjadi daya tarik utama wisatawan. Namun, setiap pendatang harus rela menempuh perjalanan panjang dengan akses jalan yang tidak baik. Jalan berlubang ditambah batu kerikil bakal mewarnai perjalanan menuju Kampung Malasari. Menurut Kepala Desa Malasari Andi Zaenal Firdaos, jalan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor itu sudah lama rusak. Meski sudah berulang kali diminta perbaikan, hingga kini jalan tersebut belum dalam prioritas. Apalagi ditambah masa pandemi. “Banyak pemangkasan anggaran untuk pengalokasian pencegahan Covid-19. Kita tidak bisa memaksa. Sementara ini kita berharap mudah-mudahan pandemi cepat berlalu, anggaran kembali normal, dan jalan segera dibangun kembali,” harap Andi. Dalam Strategi Pembangunan Pariwisata Daerah, wilayah Nanggung masuk Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Halimun-Salak, bersama Tenjolaya, Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Sukajaya, Jasinga, bertema utama alam, budaya, dan geopark, serta tema pendukung edukasi. Sementara itu, keseharian warga di Desa Malasari tak jauh dari berkebun dan bertani. Lahan perkebunan dan juga lahan pertanian menjadi salah satu sektor penghasilan terbesar bagi warga di desa tersebut. Mulai dari menanam singkong, jagung, pisang, dan juga padi. Desa yang dihimpit Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Banten itu juga memiliki banyak keunikan tersendiri. (far/d/feb/run)