berita-utama

Indonesia Ajak Dunia Dukung Pemulihan Ekonomi Global

Rabu, 8 Desember 2021 | 10:10 WIB

Presidensi G20 Indonesia 2022 merupakan Presidensi G20 ketiga yang diselenggarakan pada masa pandemi Covid-19 melanda dunia, sehingga menjadi periode paling krusial dalam proses pemulihan ekonomi global. PASALNYA, pandemi Covid-19 masih berlanjut, khususnya dengan adanya varian baru yang muncul. Selain itu, pemulihan pandemi dan ekonomi global yang masih belum merata, menyebabkan semakin tingginya kemiskinan, dan tidak tercapainya target SDGs pada 2030. Untuk itu, diperlukan peran kolaborasi global melalui Forum G20 yang diharapkan akan menata kembali arsitektur dan tata kelola Kese­hatan Global, sebagai syarat utama dalam mewujudkan pemulihan ekonomi global. Sebagai forum premier kerja sama ekonomi multilateral, G20 saat ini harus menghasilkan langkah-langkah nyata dan terobosan besar untuk mempercepat pemulihan bersama dan menjadi lebih kuat. “Presidensi G20 merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepe­mimpinan Indonesia dalam kancah global, guna menjawab berbagai tantangan interna­sional. Tentunya kepentingan nasional juga menjadi perha­tian Pemerintah Indonesia, yaitu mewujudkan pemulihan ekonomi yang inklusif, ber­daya-tahan, dan berkesinam­bungan,” kata Menteri Koor­dinator Bidang Perekono­mian Airlangga Hartarto, dalam keynote remarks dalam 1st Sherpa Meeting G20 In­donesia, di Jakarta, Selasa (7/12). Sebagai gambaran kondisi pemulihan kesehatan di In­donesia, sejalan dengan target WHO untuk vaksinasi Dosis ke-2 sebesar 40 persen dari jumlah penduduk, maka In­donesia diperkirakan akan mencapai sekitar 113 juta jiwa yang sudah tervaksin atau 41,8 persen dari total jumlah pen­duduk Indonesia, atau sekitar 54,3 persen dari total sasaran pada akhir tahun 2021. Adapun posisi capaian vaksi­nasi Dosis-2 saat ini adalah sejumlah 99,6 juta jiwa atau sekitar sekitar 37 persen dari total jumlah penduduk Indo­nesia atau sekitar 47,8 persen dari sasaran. Sejalan dengan kondisi saat ini, Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema ‘Recover Together, Recover Stronger’ atau ‘Pulih Bersama’. Melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan ekonomi yang lebih kuat, in­klusif dan berkelanjutan. G20 harus mampu menanga­ni berbagai permasalahan struktural yang menghambat efisiensi dan produktivitas, serta mendorong perluasan inklusi ekonomi. Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022 mengusung 3 Topik Utama, yaitu arsitektur Kesehatan Global; sebuah upaya Indonesia memper­kuat dan menyusun kembali tata kelola dan arsitektur kese­hatan global pasca pandemi. Mendorong ASEAN, terutama Indonesia menjadi transfer hub untuk pengembangan dan produksi vaksin. Lalu, transformasi Berbasis Digital; dalam rangka mem­buat nilai-nilai ekonomi melalui teknologi digital, serta mendorong digitalisasi sektor-sektor yang menjadi mesin pertumbuhan baru. Transisi Energi; memper­luas akses terhadap tekno­logi menuju energi bersih dan terjangkau, serta pembiayaan untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan. “Ketiga topik utama tersebut akan menjadi guidance untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih pro-rakyat, lebih konkret, dan dapat diterapkan,” ujar Men­ko Airlangga. Presidensi G20 Indonesia 2022 diharapkan akan ber­kontribusi dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dan global, termasuk mem­perjuangkan negara-negara kecil dan berkembang. Indo­nesia ingin mengajak Negara Anggota G20, Negara Undan­gan dan Organisasi Interna­sional, untuk merumuskan aksi-aksi nyata bagi pemulihan ekonomi global. “Kehadiran para Delegasi diharapkan juga mendatan­gkan manfaat untuk mendo­rong perekonomian Indone­sia, baik secara langsung se­perti menumbuhkan kem­bali sektor akomodasi, per­hotelan, transportasi, UMKM, dan sektor-sektor terkait lainnya, maupun secara tidak langsung dengan meningkat­nya kepercayaan para Inves­tor kepada Indonesia,” jelas Menko Airlangga. Pertemuan Pertama Tingkat Sherpa G20 (1st G20 Sherpa Meeting) ini merupakan per­temuan pertama dan pem­buka dari seluruh rangkaian pertemuan Presidensi G20 Indonesia, dan diselenggara­kan di Jakarta pada tanggal 7 – 8 Desember 2021. Kemu­dian, dilanjutkan dengan Pertemuan Pertama Tingkat Deputi Keuangan dan Bank Sentral (Finance Track) di Bali pada tanggal 9–10 De­sember 2021. Pada pertemuan Sherpa Track maupun Finance Track, Indonesia akan menyampai­kan agenda prioritas yang menjadi fokus dalam Presi­densi G20 Indonesia. Selain itu, diharapkan para Anggota G20, Negara Undangan, dan Organisasi Internasional da­pat membahas dan merumus­kan inisiatif konkret, sehing­ga menghasilkan deliverables yang responsif terhadap tan­tangan global. “Forum G20 diharapkan menjadi wake up call bagi kita semua dan tidak men­jadi ‘Menara Gading’ yang tidak sensitif terhadap kon­disi ekonomi global. Sangat penting bagi G20 untuk men­jadi troubleshooter atas keti­dakpastian dan tantangan global,” ungkap Menko Air­langga. Menko Perekonomian juga menyampaikan bahwa pada hari kedua gelaran 1st G20 Sherpa Meeting (tanggal 8 Desember 2021), para Sherpa G20 akan mengunjungi Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0), yang menjadi salah satu showcasing inisiatif kon­kret Indonesia dalam mendo­rong industri digital dan mewujudkan digitalisasi in­dustri.PIDI 4.0 merupakan solusi satu atap dalam perce­patan transformasi Industri 4.0 di Indonesia, dan men­jadi jendela Indonesia 4.0 untuk dunia. PIDI 4.0 menawarkan lima layanan utama dalam mem­bantu industri bertransfor­masi ke Industri 4.0 yaitu Showcase Center, Delivery Center, Capability Center, Ecosystem for Industry 4.0, dan Engineering and AI Cen­ter. “Making Indonesia 4.0 men­jadi salah satu isu yang diu­sulkan oleh Presidensi Indo­nesia, yaitu transformasi in­dustri 4.0, ekosistem industri yang modern, ramah ling­kungan, berkelanjutan dan berdaya saing tinggi,” ucap Menko Airlangga. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menambahkan, Presidensi G20 Indonesia harus mampu menghasilkan solusi konkrit, khususnya dalam hal pemu­lihan ekonomi global. G20 harus bisa menghasilkan ke­manfaatan untuk semua pihak, baik barat-timur maupun utara-selatan. “G20 harus bisa down to earth dalam menghasilkan solusi mengatasi tantangan global. G20 juga harus menjadi pendo­rong untuk pemulihan yang lebih inklusif dan berkelanju­tan. Sherpa G20 mempunyai peran utama dalam mengha­silkan arahan jelas untuk mengubah tantangan men­jadi kesempatan, dan menun­tun para pemimpin kita di dalam dunia yang selalu be­rubah,” kata Menlu Retno. (*)

Tags

Terkini