berita-utama

Perjuangan Anak Sopir Truk Tambang Raih Gelar Dokter Muda, Kejar Beasiswa sejak Kecil hingga Nyambi Jadi Guru Les

Selasa, 8 Februari 2022 | 10:10 WIB

Kondisi ekonomi yang pas-pasan bukan halangan bagi seseorang untuk mencapai cita-cita menjadi dokter. Sepanjang punya kemauan dan kemampuan, impian bisa diraih. OKTARA Geovanny Saroza tidak bisa menyem­bunyikan kebahagiaannya saat pelantikan dokter muda di aula Fakultas Kedokteran (FK) Universi­tas Airlangga (Unair) Rabu (26/1). Laki-laki 25 tahun itu akhirnya bisa mewujudkan mimpinya sejak kecil menjadi seorang dokter. Ibunya, Rini Kuswanti, pun ter­lihat begitu bangga ketika menyaksikan putra pertama­nya itu disumpah bersama 12 dokter muda lainnya.­ ”Perjuangannya panjang sekali untuk jadi dokter. Hari ini (kemarin lusa, red) akhir­nya berhasil diwujudkan,” katanya kepada Jawa Pos se­telah pelantikan dokter muda. Oktara mengatakan, impian­nya sejak kecil adalah men­jadi dokter kandungan. Saat itu keinginannya sudah diu­tarakan kepada orang tuanya, Rini dan Eddy Saroza. Sang ibu pun berperan penting untuk mewujudkan mimpinya. “Saya dibantu ibu. Dari ke­cil, saya dididik untuk terus berprestasi agar mendapatkan beasiswa. Sebab, tidak mun­gkin tanpa beasiswa,” ung­kapnya. Saat SD, SMP, dan SMA, nilai rapor Oktara cukup bagus. Anak pertama di antara lima ber­saudara itu memiliki keterta­rikan di bidang mata pelajaran (mapel) biologi. Bahkan, ia pernah ikut olimpiade sains nasional dan mendapatkan medali perunggu. “Sepertinya memang sudah jalan saya. Akhirnya saya benar-benar menekuni bidang itu,” katanya. Oktara mengaku tertarik menjadi dokter karena di dae­rahnya di Kalimantan belum banyak dokter. Khususnya di Bontang Utara. Bahkan, bisa dibilang daerah asalnya ma­sih kekurangan dokter. Pada saat SMP dan SMA, Oktara mendapatkan bea­siswa. Hingga akhirnya, per­juangan tersebut dilanjutkan pada saat penerimaan maha­siswa baru. Dia mendaftar jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) melalui bidik­misi. Pilihannya pun jatuh pada FK Unair. “Saya langsung lolos jalur bidikmisi SNMPTN,” ucapnya. Oktara mengatakan, seluruh kebutuhan biaya pendidikan selama belajar di FK Unair ditanggung negara. Namun, masih banyak kebutuhan lain­nya yang harus dipenuhi un­tuk mendukung perkuliahan di FK Unair dan mendapatkan nilai bagus. Jadi, selama kuliah kedok­teran, ia sering kali harus mencari tambahan uang. Mulai menjadi panitia berba­gai acara hingga mengajar les untuk siswa SMA yang mau masuk perkuliahan. “Dari situlah, cukup untuk me­menuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya. Ya, sebagian orang awam pasti menganggap biaya ma­suk kedokteran sangat mahal. Melihat kondisi ekonomi yang pas-pasan tentu agak susah. Karena itu, orang tua terus mendukung dan berusaha agar Oktara mendapatkan beasiswa bidikmisi. “Saya sudah dididik seperti itu untuk mencari beasiswa. Di awal-awal kuliah, saya juga tinggal di asrama ber­sama mahasiswa Bontang. Itu sangat membantu, ditambah menjadi guru les,” ungkapnya. Sebagai anak pertama, Ok­tara akhirnya berhasil men­jadi contoh yang baik bagi keempat adiknya. Meski kon­disi ekonomi biasa saja, dengan giat berusaha dan mengambil kesempatan yang ada, semua mimpi bisa terwujud. “Semua orang bisa menjadi dokter. Tinggal melihat orang itu layak atau tidak. Kesem­patan sudah banyak diberikan melalui beasiswa. Jangan ja­dikan alasan ekonomi untuk tidak belajar,” tegasnya. (jp/feb/run)

Tags

Terkini