METROPOLITAN - Destinasi kawasan wisata Puncak, Bogor, menjadi tujuan paling diminati ketika hari libur atau momentum libur panjang. Sehingga, sering memicu kemacetan pada jalur tujuan arah Puncak. Seperti misalnya pada libur Hari Raya Nyepi beberapa waktu lalu. Perjalanan dari Jakarta menuju Puncak bisa mencapai 17 jam. Direktur Eksekutif INSTRAN Deddy Herlambang mengatakan, persoalan kemacetan jalur Puncak memang selalu terjadi setiap tahun pada saat hari libur panjang. Sehingga membutuhkan kerja sama antar-pemerintah daerah (pemda), dalam hal ini Jakarta dan Bogor, dan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Deddy menjabarkan, persoalan yang hampir terjadi setiap tahun tidak dapat diselesaikan oleh rekayasa lalu lintas seperti Ganjil-Genap maupun buka-tutup jalur. Hal tersebut bukanlah sebuah solusi bagi jalur arah Puncak. “Masalah itu sudah menahun dan pemerintah pun hanya rekayasa lalin Ganjil-Genap. Itu pun tetap macet. Rekayasa paling hanya buka-tutup. Masalah ini juga bukan solusi,” ujarnya. Menurutnya, solusi bagi kawasan wisata adalah menyediakan angkutan khusus yang menuju ke arah lokasi wisata. Sebab, hingga kini angkutan umum menuju tempat wisata masih sangat minim. Sehingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor perlu bekerja sama dengan pemerintah pusat dalam hal ini Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). “Pemkab Bogor koordinasi dengan pemerintah pusat BPTJ. Karena wewenang transportasi pusat. Jakarta dan Bogor tak bisa dipikir satu wilayah saja, tetapi secara aglomerasi. Pemerintah setempat bisa membuat sarana bus di lokasi tempat wisata tersebut. Atau terminal dan sub-sub terminal angkutan pribadi bisa di sana,” tuturnya. Selain itu, sambung Deddy, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga dapat melakukan berbagai promosi tempat wisata di sekitar Jakarta. Sehingga minat masyarakat berlibur ke Puncak dapat terurai ke lokasi lain, seperti Jawa Barat dan Banten. “Di luar transportasi, tapi pemerataan tujuan wisata. Karena sudah tren di Puncak orang taunya di Puncak. Kalau diolah di luar Jakarta banyak seperti Anyer atau Tanjung Lesung. Jalan tolnya juga sudah dibangun di Tanjung Lesung. Ini domainnya Kementerian Pariwisata untuk promosikan daerah alternatif selain Puncak. Kalau selalu Puncak ya repot,” jelasnya. Dengan demikian, tambah Deddy, antara pemda dan pemerintah pusat harus dapat saling bersinergi. “Solusinya tak hanya terjebak di sana (Puncak, red) tapi tujuan pemerataan tujuan wisata. Kemenpar agar mengoptimalkan mempromosikan di daerah-daerah lain. Bedanya di sana pegunungan dan pantai. Ada promo-promo kreatif,” pungkasnya. (jp/feb/run)