Pemerintah pusat kembali tancap gas menyelesaikan kemacetan Puncak. Berbagai upaya dilakukan demi menata kawasan favorit wisatawan untuk liburan. Termasuk menyiapkan rencana pembangunan Tol Puncak. KAWASAN Puncak memang seringkali mengalami kemacetan. Terutama di periode liburan, bahkan akhir pekan. Utamanya di titik setelah lampu lalu lintas Gadog, Simpang Megamendung, Pasar Cisarua, dan kawasan Taman Safari. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) berencana membangun shortcut atau ruas Jalan Tol Caringin– Cianjur untuk mengurangi kemacetan di jalur Puncak, Bogor. Proyek Tol Puncak itu pun mulai digas KemenPUPR. Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian mengaku sedang mengupayakan percepatan pembangunan infrastruktur jalan tol, terutama di kawasan Puncak. ”Saat ini kami sedang mengeksplor pembangunannya,” kata Hedy Rahadian. Ia menyebut ada dua skema untuk mengupayakan proyek tersebut. Yaitu dengan jalur solicited dan jalur unsolicited atau biasa juga disebut prakarsa. Jalur solicited yaitu masuk rencana kerja kementerian. Ada proses pra-Feasibility Study (FS) yang tahun ini sedang dilakukan, kemudian FS, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tanah, dan sebagainya. ”Namun kalau masuk jalur prakarsa maka bisa lebih cepat. Kalau memang dari model bisnisnya yang sekarang sedang dihitung memungkinkan untuk prakarsa, maka kami akan tawarkan secara prakarsa,” ujarnya. Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mendukung percepatan pembangunan infrastruktur jalan tol di sepanjang kawasan Puncak, Bogor, oleh KemenPUPR. Pembangunan jalan tol dianggap menjadi solusi efektif mengurai kemacetan yang kerap terjadi di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. “Setelah berdiskusi dengan Direktorat Jenderal Bina Marga dan Waskita, pembangunan jalan tol sepanjang 18 km adalah satu-satunya solusi yang memungkinkan untuk mengurai kemacetan di Puncak,” kata Ketua Komisi V DPR RI Lasarus usai memimpin Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI ke Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/6). Lasarus menjelaskan terdapat opsi pelebaran jalan untuk mengurai kemacetan di sepanjang kawasan Puncak. Tetapi, setelah mempertimbangkan berbagai aspek, opsi pembangunan jalan tol di Caringin, Cisarua, hingga Gunung Mas menjadi solusi efektif. Menurut Lasarus, pembangunan jalan tol tersebut memiliki dampak berkelanjutan. Mulai dari efektivitas waktu perjalanan, manajemen transportasi, hingga perputaran ekonomi di sekitar kawasan Bogor. Untuk diketahui, kawasan Puncak memang menjadi sorotan banyak pihak. Bahkan, sejak 2018, KemenPUPR telah menaruh perhatian untuk menata kawasan Puncak. Termasuk melakukan pelebaran jalan, membangun rest area, hingga wacana membangun flyover di Simpang Ciawi dan akses jalan tol. Merespons wacana yang digulirkan pemerintah pusat, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bogor Iwan Setiawan berharap muncul destinasi-destinasi wisata baru di wilayah sekitar Puncak, Kabupaten Bogor. Menurut Iwan, kepadatan di jalur Puncak, Bogor, yang biasa terjadi diakibatkan karena tingginya animo masyarakat yang ingin berwisata ke kawasan Puncak. Sehingga, selain membangun jalur, perlu didorong tumbuhnya destinasi-destinasi wisata baru agar masyarakat memiliki alternatif tempat wisata. “Kalau harapan saya, bukan hanya dibangun (Tol Caringin–Cianjur), tapi ada destinasi baru di sekitar sana (Caringin, Cijeruk, Cigombong). Macet ini kan salah satu sebabnya masyarakat ingin berwisata, jadi untuk mengurainya harus ada tempat-tempat wisata baru di wilayah sekitar,” ujar Iwan usai meresmikan gedung pelayanan bedah saraf Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Senin (6/6). Dengan demikian, Iwan meyakini kepadatan di jalur Puncak bisa berkurang. Pembangunan jalan dan tumbuhnya wisata baru juga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. “Sebetulnya (kepadatan kendaraan, red) bukan orang mau ke Cianjur kemudian lewat Bogor, tapi orang ke Puncak itu mau wisata. Mungkin kalau dibuka akses jalan Caringin–Cianjur untuk jalan tol, untuk mengurai macet juga harus ada destinasi-destinasi wisata di jalur itu. Saya sih positifnya harus ada nilai ekonominya untuk masyarakat,” ungkapnya. Sementara itu, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor Boboy mengatakan, Tol Puncak Caringin–Gunung Mas menjadi pilihan realistis. Mengingat, dalam beberapa tahun ke depan, jalur Puncak dipastikan sudah tidak mampu lagi menampung kendaraan wisatawan maupun masyarakat. “Karena kalau tidak ada penambahan atau pembangunan jalan baru, beberapa tahun ke depan Puncak bisa lebih parah lagi kemacetannya. Tol Puncak itu pilihan yang mungkin bisa dianggap realistis untuk mengurai kemacetan Puncak,” ujarnya seperti dilansir Radar Bogor, Rabu (8/6). Namun, Boboy meminta kajian yang matang dilakukan sebelum dibangunnya Tol Puncak. Khususnya dampak kunjungan di sepanjang Jalan Raya Puncak. Dengan tidak mematikan pencaharian warga di sepanjang jalur Puncak. “Untuk mengurai kemacetan Puncak memang perlu ada solusi. Tapi pembangunan Tol Puncak nantinya ada pengkajian terlebih dahulu, menyangkut dampaknya terhadap kunjungan yang berada di jalur Puncak,” pungkasnya. (rb/fin/feb/ run)