Gaya hidup warga Kota Bogor jadi sorotan Wali Kota Bogor Bima Arya. Sebab, hal tersebut jadi salah satu faktor pemicu kematian warga yang menderita beberapa penyakit. Termasuk stroke dan diabetes yang jumlahnya terbilang tinggi WALI Kota Bogor Bima Arya mengaku pihaknya sedang konsen memperbaiki tiga faktor utama yang membuat angka kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) masih tinggi. “Untuk kematian di Kota Bogor, cukup banyak. Karena PTM seperti diabetes, jantung, hipertensi, dan sebagainya. Hal itu dikarenakan pola hidup, kebiasaan, pola makan, dan sebagainya. Atau ada tiga hal faktor utama adanya PTM yaitu karena gaya hidup, akses fasilitas kesehatan (faskes), dan status sosial,” katanya saat acara kick off Gerakan Bulan Deteksi PTM melalui Paguyuban Gerakan Terpadu Skrining Kesehatan atas kolaborasi Sembilan (Salapan) di vila Arum Sari, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Rabu (15/6) siang. Ia menuturkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bergerak melakukan deteksi dini PTM dengan kolaborasi antara aparatur kecamatan, kelurahan, puskesmas, dan organisasi-organisasi di Kota Bogor untuk menyadarkan kembali masyarakat agar hidup sehat dan melakukan pengecekan secara rutin. “Semisal cek darah dan lainnya. Tim kolaborasi akan terjun ke lapangan. Angka harapan hidup di Kota Bogor minim karena gaya hidup, akses faskes, dan status sosial tadi. Tiga ini terus kami tingkatkan dengan edukasi menyeluruh terus-menerus. Kemudian akses faskes diperbaiki agar warga mudah menjangkau atau mobilisasi warga ke faskes dekat. RT, RW, posyandu, dan posbindu bergerak menjemput warga,” tuturnya. Terkait status sosial, pihaknya meningkatkan kesejahteraan warga melalui intervensi program kegiatan. Dari data yang ada, angka harapan hidup Kota Bogor 73,61 persen. Dimana kuncinya semua bergerak berkolaborasi mulai dari usia dini sampai ibu-ibu, serta mengubah gaya hidup. “Gaya hidup memengaruhi banyak hal. (Misalnya, red) Harus biasa bangun pagi. Pola hidup harus diperbaiki,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, jumlah kematian lima PTM terbanyak di 2021 adalah pertama, stroke sebanyak 164 orang dari jumlah kasus sebanyak 3.435. Kedua, penyakit jantung koroner sebanyak 117 orang dari jumlah kasus 3.051. Ketiga, hipertensi dengan komplikasi 120 orang dari jumlah kasus 56.411. Keempat, kanker sebanyak 115 orang dari jumlah kasus 821. Dan terakhir, diabetes mellitus dengan komplikasi sebanyak 105 orang dari jumlah kasus 17.801. PTM semakin menjadi ancaman bagi kesehatan di Indonesia selama pandemi Covid-19 karena menjadi komorbid yang mengakibatkan fatality rate penderita Covid-19 meningkat, yang berujung meningkatnya angka kematian. “Selain meningkatnya angka kesakitan dan kematian, meningkatnya jumlah kasus PTM sangat berdampak besar terhadap lonjakan beban biaya kesehatan,” paparnya. Karena itu, Gerakan Bulan Deteksi PTM di Kota Bogor dilaksanakan melalui Paguyuban Salapan, sasaran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan usia produktif dan lansia. Pertama, masyarakat umum usia lebih dari 15 tahun, posbindu PTM sebanyak 522 dari 612 posbindu yang ada di Kota Bogor. Kedua, Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan program Pamong Walagri, WUS (IVA CBE) untuk wanita usia subur 30 sampai 50 tahun. Kemudian perkantoran swasta, industri, tingkat SMA sederajat, universitas, klinik, dan rumah sakit. Lalu layanan kesehatan yang dilaksanakan terdiri dari Sembilan (Salapan) jenis. Yaitu, jelasnya, mulai dari deteksi gizi, deteksi dini hipertensi, deteksi dini diabetes mellitus, deteksi dini kanker, leher rahim dan kanker payudara, deteksi dini kesehatan jiwa, deteksi tajam penglihatan, deteksi tajam pendengaran, deteksi dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), dan Upaya Berhenti Merokok (UBM). Retno menegaskan kunci utama dalam keberhasilan kegiatan Gerakan Bulan Deteksi PTM di masa pandemi adalah mengoptimalkan kepatuhan dan kedisiplinan pada penerapan protokol kesehatan. Baik oleh petugas maupun masyarakat yang dilayani. Serta tercapainya pencegahan dan pengendalian PTM, termasuk mengurangi risiko keparahan bagi orang yang terdampak Covid-19 karena penyakit penyertanya. “Ucapan terima kasih kepada seluruh stakeholder rumah sakit, klinik, organisasi profesi, industri, perkantoran, unsur pendidikan, maupun kader-kader kesehatan yang sudah berkolaborasi dalam pelaksanaan deteksi dini PTM dan penerapan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat),” jelasnya. “Semoga ikhtiar kami bersama dapat menurunkan angka kesakitan, kecacatan akibat komplikasi, maupun kematian akibat PTM di Kota Bogor,” pungkasnya. (ryn/feb/run)