berita-utama

Gaya Hidup Picu Kematian Warga Bogor

Kamis, 16 Juni 2022 | 10:01 WIB
PROSESI: Petugas pemakaman menggotong peti jenazah pasien Covid-19 untuk dimakamkan, belum lama ini.

Gaya hidup warga Kota Bogor jadi sorotan Wali Kota Bogor Bima Arya. Sebab, hal tersebut jadi salah satu faktor pemicu kematian warga yang menderita beberapa penyakit. Termasuk stroke dan diabetes yang jumlahnya terbilang tinggi WALI Kota Bogor Bima Arya mengaku pihaknya sedang konsen memperbaiki tiga faktor utama yang membuat angka kematian akibat Penya­kit Tidak Menular (PTM) ma­sih tinggi. “Untuk kematian di Kota Bogor, cukup banyak. Karena PTM seperti diabetes, jantung, hipertensi, dan sebagainya. Hal itu dikarenakan pola hidup, kebiasaan, pola makan, dan sebagainya. Atau ada tiga hal faktor utama adanya PTM yaitu karena gaya hidup, akses fasilitas kesehatan (faskes), dan status sosial,” katanya saat acara kick off Gerakan Bulan Deteksi PTM melalui Paguy­uban Gerakan Terpadu Skri­ning Kesehatan atas kolabo­rasi Sembilan (Salapan) di vila Arum Sari, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Ba­rat, Rabu (15/6) siang. Ia menuturkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bergerak melakukan deteksi dini PTM dengan kolaborasi antara aparatur kecamatan, kelura­han, puskesmas, dan organi­sasi-organisasi di Kota Bogor untuk menyadarkan kem­bali masyarakat agar hidup sehat dan melakukan peng­ecekan secara rutin. “Semisal cek darah dan lain­nya. Tim kolaborasi akan terjun ke lapangan. Angka harapan hidup di Kota Bogor minim karena gaya hidup, akses faskes, dan status sosial tadi. Tiga ini terus kami tingkatkan dengan edukasi menyeluruh terus-menerus. Kemudian akses faskes diperbaiki agar warga mudah menjangkau atau mo­bilisasi warga ke faskes dekat. RT, RW, posyandu, dan pos­bindu bergerak menjemput warga,” tuturnya. Terkait status sosial, pihaknya meningkatkan kesejahteraan warga melalui intervensi pro­gram kegiatan. Dari data yang ada, angka harapan hidup Kota Bogor 73,61 persen. Di­mana kuncinya semua ber­gerak berkolaborasi mulai dari usia dini sampai ibu-ibu, serta mengubah gaya hidup. “Gaya hidup memengaruhi banyak hal. (Misalnya, red) Harus biasa bangun pagi. Pola hidup harus diperbaiki,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bo­gor Sri Nowo Retno menga­takan, jumlah kematian lima PTM terbanyak di 2021 adalah pertama, stroke sebanyak 164 orang dari jumlah kasus se­banyak 3.435. Kedua, penyakit jantung koroner sebanyak 117 orang dari jumlah kasus 3.051. Ketiga, hipertensi dengan komplikasi 120 orang dari jumlah kasus 56.411. Keempat, kanker sebanyak 115 orang dari jumlah kasus 821. Dan terakhir, diabetes mellitus dengan komplikasi sebanyak 105 orang dari jum­lah kasus 17.801. PTM semakin menjadi an­caman bagi kesehatan di In­donesia selama pandemi Covid-19 karena menjadi komorbid yang mengakibat­kan fatality rate penderita Covid-19 meningkat, yang berujung meningkatnya ang­ka kematian. “Selain meningkatnya ang­ka kesakitan dan kematian, meningkatnya jumlah kasus PTM sangat berdampak besar terhadap lonjakan beban bi­aya kesehatan,” paparnya. Karena itu, Gerakan Bulan Deteksi PTM di Kota Bogor dilaksanakan melalui Paguy­uban Salapan, sasaran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan usia produktif dan lansia. Pertama, masyarakat umum usia lebih dari 15 tahun, pos­bindu PTM sebanyak 522 dari 612 posbindu yang ada di Kota Bogor. Kedua, Aparatur Sipil Ne­gara (ASN) dengan program Pamong Walagri, WUS (IVA CBE) untuk wanita usia su­bur 30 sampai 50 tahun. Ke­mudian perkantoran swasta, industri, tingkat SMA sede­rajat, universitas, klinik, dan rumah sakit. Lalu layanan kesehatan yang dilaksanakan terdiri dari Sem­bilan (Salapan) jenis. Yaitu, jelasnya, mulai dari deteksi gizi, deteksi dini hiper­tensi, deteksi dini diabetes mellitus, deteksi dini kanker, leher rahim dan kanker pay­udara, deteksi dini kesehatan jiwa, deteksi tajam penglihatan, deteksi tajam pendengaran, deteksi dini Penyakit Paru Ob­struktif Kronis (PPOK), dan Upaya Berhenti Merokok (UBM). Retno menegaskan kunci utama dalam keberhasilan kegiatan Gerakan Bulan De­teksi PTM di masa pandemi adalah mengoptimalkan ke­patuhan dan kedisiplinan pada penerapan protokol kesehatan. Baik oleh petugas maupun masyarakat yang dilayani. Serta tercapainya pencega­han dan pengendalian PTM, termasuk mengurangi risiko keparahan bagi orang yang terdampak Covid-19 karena penyakit penyertanya. “Ucapan terima kasih ke­pada seluruh stakeholder rumah sakit, klinik, organi­sasi profesi, industri, perkan­toran, unsur pendidikan, maupun kader-kader kese­hatan yang sudah berkolabo­rasi dalam pelaksanaan de­teksi dini PTM dan penerapan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat),” jelasnya. “Semoga ikhtiar kami ber­sama dapat menurunkan angka kesakitan, kecacatan akibat komplikasi, maupun kematian akibat PTM di Kota Bogor,” pungkasnya. (ryn/feb/run)

Tags

Terkini