berita-utama

Polisi Usut Kematian Bobotoh

Senin, 20 Juni 2022 | 10:01 WIB

Kematian dua pendukung Persib Bandung alias Bobotoh, yang salah satunya merupakan warga Bogor, jadi catatan merah penyelenggaraan turnamen sepak bola di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Kota Bandung. STANDAR Operasional Prosedur (SOP) pengamanan pun dipertanyakan. Apakah sudah sesuai atau ada faktor kelalaian, baik dari segi ke­siapan panitia maupun kea­manan yang dilakukan. Saat ini, polisi masih men­gusut penyebab kematian dua Bobotoh, Ahmad Solihin dan Sopiana Yusuf, yang meninggal terinjak-injak saat Persib kontra Persebaya ber­langsung Jumat (17/6). Polda Jawa Barat (Jabar) juga akan melakukan eva­luasi SOP pengamanan di Stadion GBLA Kota Bandung. Evaluasi dilakukan agar tra­gedi tak terulang lagi di ke­mudian hari. ”Jadi memang pasca-keja­dian kemarin (dua Bobotoh tewas di GBLA, red), kami akan melakukan evaluasi, baik situasi yang ada (saat kejadian, red) maupun penye­bab kericuhan sehingga jatuh korban. Sampai sekarang (polisi, red) masih mencari faktor penyebab kejadian itu lebih dulu,” kata Kabid Hu­mas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo, Minggu (19/6). Setelah faktor penyebab insiden diketahui, jelasnya, Polda Jabar akan berkoor­dinasi dengan stakeholder untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan. ”Untuk pemeriksaan (ter­hadap panitia pelaksana pertandingan, red) belum dilakukan karena masih ke pemeriksaan (penyebab, red) terjadinya peristiwa tersebut,” ujar Ibrahim Tompo. Pemeriksaan terhadap pa­nitia pelaksana pertanding­an Persib Bandung, lanjutnya, akan dilakukan setelah penye­bab insiden di Gerbang U dan V Stadion GBLA yang menelan dua korban jiwa sudah diketahui. ”Baru kemudian akan dila­kukan pengembangan yang mungkin bisa membantu terciptanya evaluasi,” tutur­nya. Ditanya apakah dalam pertandingan terakhir babak penyisihan Grup C Piala Presiden di Stadion GBLA akan ada aturan atau SOP pengamanan terbaru? Ibra­him Tompo menegaskan bahwa semua akan dievalu­asi. ”Namun terkait pelaks­anaan pertandingan, tidak hanya menjadi ranah kepo­lisian. Ini ada juga panitia pelaksana dan beberapa stakeholder, sehingga bisa dilakukan koordinasi untuk bisa membuat pertimbangan terkait kondisi tersebut. Ke­putusan tidak bisa diambil sepihak, kepolisian lebih condong ke penyelenggara,” ucap Ibrahim Tompo. Untuk diketahui, pada Ju­mat (17/6) lalu terjadi keri­cuhan di pintu masuk Sta­dion GBLA, tepatnya di loket pemeriksaan tiket penonton. Ribuan Bobotoh yang an­tusias ingin menyaksikan timnya bertanding, me­rangsek masuk stadion. Aki­batnya, dua Bobotoh, Sofiana Yusuf asal Kota Bogor dan Asep Ahmad Solihin alias Ama asal Cibaduyut, Kota Bandung, tewas. Kedua korban diduga kuat terinjak-injak oleh Bobotoh lain sehingga pingsan keha­bisan napas. Namun, nyawa kedua korban tak terselamat­kan walaupun telah menda­pat penanganan medis di Rumah Sakit (RS) Bhayang­kara Sartika Asih Bandung. Kemenangan Persib atas Persebaya harus ternoda dengan tewasnya dua Bobo­toh akibat sesaknya stadion saat pertandingan hendak dimulai. Sementara itu, Sofiana Yusuf dimakamkan di Pemakaman Mandala, Ciparigi, Kecama­tan Bogor Utara, Kota Bogor, Sabtu (18/06). Keluarga pun sangat kehilangan, salah satunya paman korban, Cece (48). Apalagi, keponakannya itu sosok pendiam yang baru lulus SMA dan lanjut be­kerja. Ia mengaku bahwa Sofiana sudah izin berangkat ke Bandung menyaksikan Persib kontra Persebaya. “Saya asli Bandung juga, ada keluarga di sana. Seka­lian mudik, nengok kelu­arga lah, sekalian nonton,” katanya kepada awak media, Sabtu (18/6). Atas kejadian itu, ia berha­rap pertandingan selanjutnya bisa lebih baik dan nyaman, serta tidak ada lagi jatuh korban. “Dari dulu senang Persib. Punya atribut segala macam. Dia pokoknya Bobotoh bang­et buat Persib. Sejak SMP sampai kerja,” bebernya. Ketua Viking TNT Bogor, Reza Maulana, berharap pi­hak pengelola GBLA mem­perbaiki lagi sistem keama­nan di sana. ”Benahilah keamanannya. Dari pintu masuknya diper­besar. Kalau bisa jangan dibikin satu pintu gitu,” pinta Reza di rumah duka, Kelurahan Ciparigi, Keca­matan Bogor Utara, Sabtu (18/6). ”Mungkin dipermudahlah untuk masuk stadion tuh, jangan dipersulit untuk kita masuk. Kita punya tiket, kita bukan yang nyogok. Kita murni tiket online gitu,” sambungnya. ”Ke depannya, kalau nggak punya tiket, jangan terlalu maksain ya. Sebenarnya anak ini (korban, red) sudah pu­nya tiket gitu,” kata perwa­kilan keluarga korban, Sony, kepada wartawan. ”Kalau dari pihak keluarga sudah ikhlas. Mudah-mu­dahan ke depannya lebih baik lagi lah gitu ya soal ad­ministrasi di sananya. Lebih tertib lagi gitu ya,” imbuh Sony. Untuk diketahui, sudah berulang kali Stadion GBLA menjadi lokasi tragedi ke­matian suporter. Dari Riko Andrean pada 2017, lalu Haringga Sirla pada 2018. Riko Andrean, yang meru­pakan seorang Bobotoh, di­keroyok rekan-rekannya sen­diri karena melindungi su­porter dari klub rival. Ha­ringga Sirla adalah The Jakma­nia yang dianiaya saat keta­huan ’menyusup’ ke GBLA. Riko Andrean dan Haring­ga Sirla tewas di dua kesem­patan berbeda. Tetapi ke­duanya sama-sama kehi­langan nyawanya saat Persib menjamu Persija. Total sudah ada empat korban melayang di GBLA sejak 2017—2022 dengan kejadian pada 17 Juni lalu. Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indone­sia (PSSI) Mochamad Iriawan mengaku sangat menyesal­kan kejadian tersebut. Ia juga menyampaikan turut berdukacita atas peristiwa itu. “Kami ikut berbelasung­kawa atas meninggalnya dua sahabat kita di Bandung. Bagi keluarga yang diting­galkan agar diberikan ke­kuatan dan ketabahan,” kata Mochamad Iriawan. Iriawan pun akan memin­ta laporan resmi dari panitia lokal dan aparat kepolisian terkait peristiwa tersebut. Dengan demikian akan lebih jelas duduk persoalannya. “Kami turut berdukacita atas meninggalnya dua sahabat kita di Bandung. Kami berha­rap ini kejadian yang terakhir kalinya di sepak bola Indo­nesia. Kami juga akan lebih intens lagi berkomunikasi dengan semua pihak,” tan­dasnya sembari menuju rumah duka. (de/ryn/feb/run)

Tags

Terkini