Kematian dua pendukung Persib Bandung alias Bobotoh, yang salah satunya merupakan warga Bogor, jadi catatan merah penyelenggaraan turnamen sepak bola di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Kota Bandung. STANDAR Operasional Prosedur (SOP) pengamanan pun dipertanyakan. Apakah sudah sesuai atau ada faktor kelalaian, baik dari segi kesiapan panitia maupun keamanan yang dilakukan. Saat ini, polisi masih mengusut penyebab kematian dua Bobotoh, Ahmad Solihin dan Sopiana Yusuf, yang meninggal terinjak-injak saat Persib kontra Persebaya berlangsung Jumat (17/6). Polda Jawa Barat (Jabar) juga akan melakukan evaluasi SOP pengamanan di Stadion GBLA Kota Bandung. Evaluasi dilakukan agar tragedi tak terulang lagi di kemudian hari. ”Jadi memang pasca-kejadian kemarin (dua Bobotoh tewas di GBLA, red), kami akan melakukan evaluasi, baik situasi yang ada (saat kejadian, red) maupun penyebab kericuhan sehingga jatuh korban. Sampai sekarang (polisi, red) masih mencari faktor penyebab kejadian itu lebih dulu,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo, Minggu (19/6). Setelah faktor penyebab insiden diketahui, jelasnya, Polda Jabar akan berkoordinasi dengan stakeholder untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan. ”Untuk pemeriksaan (terhadap panitia pelaksana pertandingan, red) belum dilakukan karena masih ke pemeriksaan (penyebab, red) terjadinya peristiwa tersebut,” ujar Ibrahim Tompo. Pemeriksaan terhadap panitia pelaksana pertandingan Persib Bandung, lanjutnya, akan dilakukan setelah penyebab insiden di Gerbang U dan V Stadion GBLA yang menelan dua korban jiwa sudah diketahui. ”Baru kemudian akan dilakukan pengembangan yang mungkin bisa membantu terciptanya evaluasi,” tuturnya. Ditanya apakah dalam pertandingan terakhir babak penyisihan Grup C Piala Presiden di Stadion GBLA akan ada aturan atau SOP pengamanan terbaru? Ibrahim Tompo menegaskan bahwa semua akan dievaluasi. ”Namun terkait pelaksanaan pertandingan, tidak hanya menjadi ranah kepolisian. Ini ada juga panitia pelaksana dan beberapa stakeholder, sehingga bisa dilakukan koordinasi untuk bisa membuat pertimbangan terkait kondisi tersebut. Keputusan tidak bisa diambil sepihak, kepolisian lebih condong ke penyelenggara,” ucap Ibrahim Tompo. Untuk diketahui, pada Jumat (17/6) lalu terjadi kericuhan di pintu masuk Stadion GBLA, tepatnya di loket pemeriksaan tiket penonton. Ribuan Bobotoh yang antusias ingin menyaksikan timnya bertanding, merangsek masuk stadion. Akibatnya, dua Bobotoh, Sofiana Yusuf asal Kota Bogor dan Asep Ahmad Solihin alias Ama asal Cibaduyut, Kota Bandung, tewas. Kedua korban diduga kuat terinjak-injak oleh Bobotoh lain sehingga pingsan kehabisan napas. Namun, nyawa kedua korban tak terselamatkan walaupun telah mendapat penanganan medis di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Kemenangan Persib atas Persebaya harus ternoda dengan tewasnya dua Bobotoh akibat sesaknya stadion saat pertandingan hendak dimulai. Sementara itu, Sofiana Yusuf dimakamkan di Pemakaman Mandala, Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Sabtu (18/06). Keluarga pun sangat kehilangan, salah satunya paman korban, Cece (48). Apalagi, keponakannya itu sosok pendiam yang baru lulus SMA dan lanjut bekerja. Ia mengaku bahwa Sofiana sudah izin berangkat ke Bandung menyaksikan Persib kontra Persebaya. “Saya asli Bandung juga, ada keluarga di sana. Sekalian mudik, nengok keluarga lah, sekalian nonton,” katanya kepada awak media, Sabtu (18/6). Atas kejadian itu, ia berharap pertandingan selanjutnya bisa lebih baik dan nyaman, serta tidak ada lagi jatuh korban. “Dari dulu senang Persib. Punya atribut segala macam. Dia pokoknya Bobotoh banget buat Persib. Sejak SMP sampai kerja,” bebernya. Ketua Viking TNT Bogor, Reza Maulana, berharap pihak pengelola GBLA memperbaiki lagi sistem keamanan di sana. ”Benahilah keamanannya. Dari pintu masuknya diperbesar. Kalau bisa jangan dibikin satu pintu gitu,” pinta Reza di rumah duka, Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Sabtu (18/6). ”Mungkin dipermudahlah untuk masuk stadion tuh, jangan dipersulit untuk kita masuk. Kita punya tiket, kita bukan yang nyogok. Kita murni tiket online gitu,” sambungnya. ”Ke depannya, kalau nggak punya tiket, jangan terlalu maksain ya. Sebenarnya anak ini (korban, red) sudah punya tiket gitu,” kata perwakilan keluarga korban, Sony, kepada wartawan. ”Kalau dari pihak keluarga sudah ikhlas. Mudah-mudahan ke depannya lebih baik lagi lah gitu ya soal administrasi di sananya. Lebih tertib lagi gitu ya,” imbuh Sony. Untuk diketahui, sudah berulang kali Stadion GBLA menjadi lokasi tragedi kematian suporter. Dari Riko Andrean pada 2017, lalu Haringga Sirla pada 2018. Riko Andrean, yang merupakan seorang Bobotoh, dikeroyok rekan-rekannya sendiri karena melindungi suporter dari klub rival. Haringga Sirla adalah The Jakmania yang dianiaya saat ketahuan ’menyusup’ ke GBLA. Riko Andrean dan Haringga Sirla tewas di dua kesempatan berbeda. Tetapi keduanya sama-sama kehilangan nyawanya saat Persib menjamu Persija. Total sudah ada empat korban melayang di GBLA sejak 2017—2022 dengan kejadian pada 17 Juni lalu. Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan mengaku sangat menyesalkan kejadian tersebut. Ia juga menyampaikan turut berdukacita atas peristiwa itu. “Kami ikut berbelasungkawa atas meninggalnya dua sahabat kita di Bandung. Bagi keluarga yang ditinggalkan agar diberikan kekuatan dan ketabahan,” kata Mochamad Iriawan. Iriawan pun akan meminta laporan resmi dari panitia lokal dan aparat kepolisian terkait peristiwa tersebut. Dengan demikian akan lebih jelas duduk persoalannya. “Kami turut berdukacita atas meninggalnya dua sahabat kita di Bandung. Kami berharap ini kejadian yang terakhir kalinya di sepak bola Indonesia. Kami juga akan lebih intens lagi berkomunikasi dengan semua pihak,” tandasnya sembari menuju rumah duka. (de/ryn/feb/run)