METROPOLITAN.ID - Bank Dunia memperingatkan bahwa beban utang Indonesia diperkirakan akan terus meningkat selama periode pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Dalam laporan terbarunya, lembaga keuangan internasional ini memproyeksikan, rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan mengalami tren kenaikan secara konsisten hingga tahun 2027.
Pada tahun 2024, rasio utang Indonesia berada di level 39,0 persen terhadap PDB.
Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 40,1 persen pada 2025, naik lagi menjadi 40,8 persen di 2026, dan mencapai 41,4 persen pada 2027.
Tren ini menunjukkan adanya pemburukan bertahap dalam rasio utang terhadap output ekonomi nasional.
Meski demikian, Bank Dunia menilai bahwa rasio utang Indonesia saat ini masih tergolong moderat jika dibandingkan dengan banyak negara berkembang lainnya.
Namun, yang menjadi sorotan adalah tren kenaikannya yang terjadi secara konsisten.
Konsistensi inilah yang dikhawatirkan dapat membawa Indonesia ke dalam zona risiko fiskal yang lebih tinggi apabila tidak ditangani dengan kebijakan yang hati-hati dan terukur.
Seperti dikutip dari suara.com, pada Rabu, 29 April 2025, salah satu pendorong utama membengkaknya utang negara menurut Bank Dunia adalah defisit fiskal yang tinggi dan berkelanjutan.
Defisit anggaran diperkirakan tetap berada di angka -2,7 persen terhadap PDB selama periode 2025 hingga 2027.
Artinya, belanja negara masih jauh lebih besar dari pendapatan yang diterima, sehingga pemerintah terus bergantung pada pembiayaan melalui utang untuk menutup selisih tersebut.