LEUWILIANG - Gunung Sodong yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, menjadi ladang pencaharian warga setempat. Menyusuri hutan bambu dan melewati jalan berbatu, sejumlah lelaki terlihat sibuk memahat batu besar.
Ya, mereka para pemecah batu dari Gunung Sodong. Di lokasi itu, setiap harinya para penambang itu mengais rezeki. Sebuah palu besar dan martil jadi senjata pamungkasnya untuk membelah batu.
Adalah Kardun, salah seorang penambang batu yang ditemui Harian Metropolitan di lokasi. Ayah enam anak ini tampak lelah sembari beristirahat di bawah terpal yang ditopang bambu.
Meski sudah seharian, Kardun tak lantas mendapat uang. Bongkahan batu itu harus ia kumpulkan sebelum dijual ke pengepul. “Sekubiknya Rp120 ribu. Ini juga dikumpulkan dua hari,” kata Kardun.
Kadang ia pun harus membakar terlebih dulu batu-batu tersebut agar mudah pecah. Tak hanya butuh tenaga ekstra, ia pun harus sabar memecah batu itu agar bisa menghasilkan pundi rupiah. “Yang penting mah halal. Insya Allah, rezeki sudah ada yang mengatur,” kata dia.
Sekadar diketahui, batu-batu hasil pecahannya biasa digunakan untuk membuat pondasi rumah. Kadang, ia pun harus membelahnya jadi kerikil yang biasa digunakan untuk coran.
Hasil penjualannya pun banyak didistribusikan ke wilayah sekitar, terutama Bogor. “Material di Bogor ambilnya dari sini semua,” tandasnya.
(bay/feb/run)