Menurut Anas, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang merupakai pilot project pembangun anak bangsa dan merupakan garda terdepan dalam mendidik anak bangsa.
“Guru harus kita muliakan dalam perjalanan bangsa ini, karena mereka telah mendidik dan mecerdaskan kehidupan bangsa dan juga bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan,” ujarnya kepada Metropolitan, kemarin.
"Peran guru dari segi ilmu adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Dengan adanya peran tersebut, guru harus memiliki wawasan dan pendidikan yang luas," katanya.
Menurutnya, ketika anak berada di sekolah, maka yang menjadi orang tua anak adalah guru. Sehubungan dengan strategisnya posisi guru sebagai pembentuk karakter anak di sekolah, maka guru dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan perannya, karena ketika salah mendidik anak akan berakibat fatal bagi kehidupan anak. Jadi dapat dikatakan bahwa guru adalah orang tua kedua dari peserta didik, ketika peserta didik jauh dari orang tuanya.
"Peserta didik masih mendapat bimbingan dari guru seperti halnya mereka dapatkan dari orang tua. Dalam membentuk karakter anak ada faktor pendukung yang bisa membentuknya yaitu orang tua keluarga, guru dan lingkungan. Jika ketiga itu baik maka hasilnya akan baik," ujarnya
Anas menambahkan, pendidikan agama dapat dijadikan sebagai sarana dalam pembentukan karakter peserta didik, karena agama mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian perkuat dan tingkatkan pendidikan agama dalam sekolah, sehingga peserta didik diharapkan memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
"Sehingga terciptalah generasi bangsa yang bertaqwa, beriman, cerdas dan bermoral. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru dalam pembentukan karakter anak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan agama dan Alquran," punkasnya.
(mul/b/sal)