bogor-barat

Was-was Evakuasi Bayi lewat Jembatan Darurat

Jumat, 3 Januari 2020 | 11:31 WIB
DIEVAKUASI: Warga mengevakuasi bayi ke luar kampung yang terdam-pak longsor melewati jembatan darurat yang terbuat dari bambu dan pohon kelapa.

METROPOLITAN - CIGUDEG  Sejak Jembatan Ciasihan terputus akibat banjir bandang yang terjadi pada Rabu (1/1), warga di empat kampung di Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, terisolir. Untuk keluar kampung, mereka terpaksa harus melalui akses jembatan darurat dari bambu dan pohon kelapa.

Ketua RT 01/02, Udin Sampurna mengatakan, putusnya jembatan Ciasihan sepanjang 35 meter di sebabkan banjir bandang. Akibatnya, warga di Kampung Ciasahan, Cikaret, Nanggung, dan Cigowong, terisolir. Guna membantu akses keluar kampung, dari TNI, Polri dan Satpol PP membuatkan jembatan darurat dari bambu dan batang pohon kelapa.

"Jembatan darurat, jadi alternatif warga untuk keluar kampung. Itupun harus berhati- hati, jika kepeleset kita bisa terjatuh ke Kali Cidurian," ujarnya.

Udin mengungkapkan, banjir bandang yang menerjang Desa Sukamaju bukan yang pertama. Sekitar 1991, bencana alam banjir bandang menelan korban 42 orang. Sekarang, banjir memutuskan jembatan penghubung empat kampung, merusakan rumah warga di empat kampung dan lahan pertanian.

"Setelah 29 tahun, banjir badang kembali menerjang empat kampung di Desa Sukamaju," katanya.

Sebelum jembatan permanen dibangun mengunakan program PNPM pada 2005. Jembatan Ciasihan sepanjang 35 meter merupakan jembatan gantung yang dibangun pada tahun 1991. Sejak jembatan terputus, warga terpaksa mengantungkan ke jembatan darurat. Ketika arus Sungai Cidurian deras,  warga tidak bisa menggunakan jembatan darurat.

"Kita minta Pemkab Bogor segera membuatkan jembatan permanen," pintanya.

Tidak hanya warga Sukamaju yang menderita akibat terputusnya jembatan Ciasihan. Warga Pekalongan, Cahyati (53) bersama 17 keluarganya terpaksa bertahan seharian di Kampung Nanggung.

"Saya terpaksa pulang ke Pekalongan tidak membawa kendaraan akibat jembatan terputus," keluhnya.

Cahyati menuturkan, pada malam tahun baru bersama keluarga dari Pekalongan datang ke rumah saudara di Kampung Nanggung. Saat hendak pulang, jembatan sudah terputus. Untuk keluar kampung bersama 17 keluarga lainnya, terpaksa harus melalui jembatan bambu.

"Baru kali ini, saya bawa bayi melewati jembatan bambu yang rawan terbawa hanyut," pungkasnya. (ads/b/els)

Tags

Terkini