bogor-barat

Pengusaha Jaket Ciampea Ini Andalkan Jualan Online

Jumat, 5 Februari 2021 | 13:01 WIB

Pandemi Covid-19 berdampak pada menurunnya omzet penjualan jaket. Salah satunya pengusaha konvensi jaket jenis parka dan bomber milik Hendrik Joy (45), warga Kampung Pabuaran Sinagar, RT 02/05, Desa Cihideungudik, Kecamatan Ciampea. SEBELUM pandemi, dalam waktu seminggu biasanya bisa menjual jaket sebanyak 1.200 potong. Namun saat ini penjualan jaketnya menga­lami penurunan hingga 50 persen dan hanya bisa men­jual 500 potong jaket per minggu. Hendrik mengakui bahwa pandemi Covid-19 berimbas pada anjloknya jumlah pes­anan jaket. ”Biasanya saya menjual jaket ke Pasar Tanah Bang, Cipulir, sebanyak 1.200 potong dalam seminggu. Se­karang hanya bisa menjual jaket secara online sebanyak 500 potong,” keluh pria yang biasa disapa Joy itu. Joy mengaku dirinya belajar membuat jaket secara turun-menurun dari orang tua. Pada 2002, dirinya bersama sang istri memutuskan untuk mem­buka usaha konveksi jaket di rumahnya. Menjalani usaha konveksi jaket mengalami pa­sang surut. Apalagi saat krisis moneter pada 1997, usaha konveksinya sempat guling tikar. ”Modal awal membuka konveksi jaket sebesar Rp10 juta. Uang itu dibelikan mesin jahit, peralatan dan bahan jaket,” ujarnya. Usaha jaket yang digeluti selama 19 tahun itu menga­lami pasang surut. Dibantu kurang lebih 28 karyawannya, dirinya membuat jaket jenis parka dan bomber. Untuk pemasaran jaket dijual se­cara online dengan harga Rp50 ribu. ”Pandemi sekarang ini saya hanya menjual jaket secara online. Terkadang ada saja konsumen yang langsung datang ke rumah untuk mem­buat jaket,” ungkapnya. Untuk proses penjahitan jaket diker­jakan di rumah karyawan masing-masing, yakni di Gunungmalang, Tapos, Gunungbunder dan Bojong­jengkol. ”Setelah jaket dijahit baru proses finising. Saya berharap pandemi Covid-19 bisa cepat selesai dan usaha jaket ini bisa kembali ramai pesanan,” pintanya. (ads/c/feb/py)

Tags

Terkini