METROPOLITAN - Tak heran jika petani di Kabupaten Bogor mulai langka. Jika pun ada, kehidupan sebagian dari mereka merana. Modal tanam yang besar dituding menjadi kendalanya. Ironisnya, kesulitan mendapatkan pinjaman modal perbankan membuat para petani mengandalkan rentenir.
Alhasil, keuntungan petani pun kian terkikis lantaran harus melunasi hutang dan ribanya. “Setiap masa tanam, petani meminjam uang ke para pemilik modal. Bukan koperasi atau bank (rentenir, red),” ujar Maskur (51), petani asal Desa Kopo, Kecamatan Cisarua.
Untuk modal tanam sendiri, diakuinya, biaya per musim sebesar Rp8 juta atau 80 persen dari total nilai produksi sejumlah Rp10 juta untuk tiap hektare.
Dengan ongkos produksi tersebut, sebanyak 62,36 persen pengeluaran itu dipergunakan untuk upah pekerja dan jasa pertanian.
(ps/suf/dit)