CIGOMBONG - Kelompok Tani (Poktan) dari Dua Desa Ciburuy dan Desa Cisalada Kecamatan Cigombong merasa dirugikan karena tersendatnya saluran air akibat proyek Tol Bocimi, yang berolkasi di Rw.02, Rw.09, dan Rw.10. Bertempat di Gedung Aula, Kecamatan Cigombong, kemarin, mediasi sempat tersendat karena pihak perwakilan kontraktor Tol Bocimi. Tak ingin berlarut – larut, Camat Cigombong Basrowi langsung membuka rapat mediasi tersebut ditemadi Kades Ciburuy Iwan Sofwan Zaqi dan Ketua Kelompok Tani Desa Ciburuy H.Jaka.
Petani menuntut saluran air yang dulu mengalir lancar agar kembali seperti semula. Pasalnya, sejak pembangunan Tol Bocimi, ladang milik petani sulit mendapatkan pasokan air. “Roda perekonomian petani tersendat karena ladang kami tidak mendapatkan suplai air yang cukup, kami hanya ingin, air bisa kembali mengalir ke ladang-ladang kami,” beber Jaka.
Tak pelak, hal ini membuat pera petani kesulitan dalam bercocok tanam kembali. Menurut Jaka, ada dua sungai yang terputus akibat proyek Tol Bocimi dan sawah seluas 47 hektare sudah tiga musim tidak ada kegiatan cocok tanam.
Tak hanya itu, kerugian materi yang dirasakan para petani membuat petani meminta ganti rugi. Sementara itu, Kades Ciburuy Iwan Sofwan Zaqi membenarkan jika tidak ada komunikasi antara pihak pengembang Tol Bocimi dengan petani. Baik melalui pemerintah desa maupun langsung kepada kelompok tani di dua desa ini. “Belum ada komunikasi sama sekali ataupun sosialisasi dan pemberian solusi
Di tempat yang sama, kuasa hukum kelompok tani dua desa Buchari memaparkan, terkait terputusnya aliran sungai yang menyuplai air bagi ladang puluhan hektare petani merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dan pusat. “Para petani di sini hanya ingin meminta kejelasan dari pihak pengembang mengenai kompensasi dan ganti rugi akibat kejadian ini,” tutupnya.
(nto/b/suf)
