Cisarua - Banyaknya bangunan liar (Bangli) di Puncak yang berdiri dengan diduga menyalahi prosedur perizinan,berpotensi menjadi penyumbang terbesar terjadinya bencana alam. Hal tersebut menurut menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat (PUPR) Basuki hadimuljono,longsor itu karena perubahan tata ruang di kawasan Puncak. Banyaknya bangunan dan warung-warung menjadi penyebab bencana longsor terjadi.
"Kami punya program pelebaran jalan di Puncak, jadi kita atur kembali, ada beberapa ruang yang berubah, dan kita akan tata kembali," ungkap Basuki saat mengunjungi lokasi longsor Puncak,di Kampung Naringgul Rt 01 Rw 17 Desa Tugu Selatan. Dia meminta, agar Pemerintah Kabupaten Bogor tidak memberikan izin bangunan di Puncak. Selain itu, warung-warung yang ada disepanjang jalan Puncak untuk tidak lagi berjualan di Puncak.
"Seharusnya tidak ada bangunan permanen di Puncak ini, dan warung-warung ini juga tidak ada. Puncak harus hijau," ungkapnya. Karena, kata dia, pergerakan tanah masih akan terjadi jika hujan masih terus turun di wilayah ini, jadi warung-warung harus segera dipindahkan dari titik-titik potensi longsor Puncak. Senada,Ditjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung (PDASHL), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Yuliarto Joko Putranto mengatakan, ada beberapa tipe kejadian longsor yang terjadi di kawasan itu.
Ia menjabarkan, beberapa tipe tersebut dimulai dari translasi, rotasi, pergerakan blok, reruntuhan batuan, rayapan tanah, hingga aliran bahan rombakan. Dia juga memaparkan,ada tiga penyebab utama dari insiden longsor di kawasan Puncak. Pertama soal daerah aliran sungai (DAS),dan yang kedua adalah faktor alam, Puncak memiliki curah hujan yang hampir sama, yaitu 150 mili meter per hari. Dengan durasi hujan mencapai 2 hingga 3 hari. "Faktor manusia,menjadi penyebab ketiga yang mempengaruhi,seperti adanya aktivitas manusia di kawasan lindung. Dan yang pasti kurangnya kesadaran masyarakat,” tegasnya.
(nto/suf)