CISARUA - Puluhan wanita yang diduga Pekerja Seks Komersial (PSK) terlihat lesu di aula Kecamatan Cisarua. Mereka menunggu giliran untuk didata petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bogor. Sekitar pukul 09:30 kemarin, wanita-wanita itu dikejutkan suara ketukan pintu di kamar kos mereka. Di luar, puluhan pria berbadan tegap dibantu masyarakat tengah menunggu.Usai terbuka, sejumlah pertanyaan telontar dan tak kuasa mereka jawab. ”Ayo bawa saja, kami sudah curiga sejak awal,” teriak seorang petugas Satpol PP. Tak ayal, puluhan wanita yang sedang di kamar kos wilayah Batulayang, Ciburial, Lembahnyiur dan Cibeureum itu digelandang ke kantor kecamatan Ciawi. ”Saya bingung kenapa hanya di Batulayang, di Cidokom atau Vila Merah dan Cimumutan juga banyak yang seperti kami. Malah di sana lebih parah, kumpul kebo semua,” ungkap wanita yang mengaku bernama Mia. ' Wanita berusia 40 tahun asal Sukabumi itu menuturkan alasannya terjun ke lembah hitam. Orang tuanya sudah tidak bisa bekerja. Sedangkan kedua adik dan anak laki-lakinya sangat membutuhkan biaya. ”Awalnya saya kerja sebagai koki Arab, tapi terkadang kalau ada panggilan saya juga ’bermain’ dengan Arab. Lumayan lah sebulan bisa dapat Rp10 juta. Tapi sekarang lagi sepi, karena ’ontanya’ tidak liburan,” bebernya. Kabid Pembinaan dan Pemeriksaan (Bina Riksa) Satpol PP Kabupaten Bogor, Agus Ridhollah, menegaskan, operasi tersebut merupakan penegakan peraturan daerah (perda) yang terfokus di Puncak. Banyak bangunan yang dikontrakkan, tapi digunakan praktik asusila. ”Di dalamnya ada pasangan bukan suami istri. Makanya kami proses sesuai Perda No 4 Tahun 2014,” tegasnya. Untuk itu, sambung Ridho, bangunan tersebut bisa dihentikan sampai pembongkaran. ”Kemungkinan ada muncikari, karena menurut informasi ’mainnya’ di luar,” jelasnya. Selain PSK, operasi tersebut juga merazia minuman keras. ”Kami akan terus menggalakkan program Nobat untuk mendukung visi misi bupati baru,” katanya. (ash/b/suf/py)