CIJERUK – Lahan kritis di kawasan Gunung Salak, Blok Malingpinghaur dan Pilar, Desa Cijeruk, Kecamatan Cijeruk, perlu perhatian pemerintah. Lahan seluas 15 hektare itu harus direboisasi atau penghijauan lahan. Hingga saat ini, lahan garapan tersebut dikuasai PT Bahana Sukma Sejahtera (BSS).
Warga dan Pemerintah Desa (Pemdes) Cijeruk ingin lahan kritis tersebut ditanami pohon yang bermanfaat. Di antaranya seperti pohon yang dapat diambil buahnya, misalnya lengkeng, mangga, durian dan alpukat. Selain itu, tanaman tersebut harus ditandai sebagai aset desa, sehingga bisa terus tumbuh tanpa ada yang berani menebang.
”Kalau pohon seperti mahoni, jingjing, jabon, mini kurang bermanfaat, karena lima tahun ke depan akan ditebang lagi. Pohon itu hanya digunakan sebagai material bahan bangunan,” kata tokoh masyarakat Desa Cijeruk, Aef MA. Tak hanya itu, lahan tersebut juga dianggap milik sendiri, sehingga penyelamatan lahan kritis akan sia-sia. “Kalau ditanami buah dan ditandai sebagai aset desa, warga tidak ada yang berani menebang,” ujarnya. Lahan seluas 15 hektare itu membutuhkan 10.000 pohon agar lahan kritis tersebut hijau kembali. Apabila tidak ada perhatian dari Pemkab Bogor, dikhawatirkan terjadi longsor.
”Saya khawatir lahan yang gundul akan mengalami longsor apabila tidak ditanami. Saya minta lahan itu harus mendapat perhatian pemerintah agar ke depannya kembali hijau,” ujarnya. Sementara itu, Sekretaris Desa Cijeruk, Jimy Palsa, memahami kekhawatiran warga. Karena itu, ia telah mengajukan penanaman pohon buah sebagai pengganti pohon keras. “Kami juga sudah minta DLH Kabupaten Bogor segera menyelamatkan lahan di kawasan kaki Gunung Salak ini,” katanya. (nto/b/els/py)