CIGUDEG - Melihat potensi alam yang melimpah di Kampung Cilame, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg, Suki (55) memilih banting stir menjadi petani singkong. Ketika musim kemarau tiba, hasil panen menurun. Mengatasi persoalan itu, ia dibantu sang istri, Aminah menyiasati dengan menanam ubi dan labu di lahan sang adik. ”Awalnya saya berjualan roti keliling, karena tidak bisa menopang kebutuhan keluarga akhirnya memutuskan sebagai petani singkong dan ubi,” ujar bapak tiga anak. Suki mengatakan, lahan untuk menanam singkong dan ubi milik sang adik, seluas 60 meter. Tidak hanya singkong dan ubi, dirinya juga mencoba menanam labu. Modal awal bertani sekitar Rp200 ribu, uang tersebut digunakan untuk membeli pupuk. ”Menanam singkong dan ubi, cukup gampang dan biayanya murah tidak seperti tanam padi,” katanya. Suki menjelaskan, tanaman ubi bisa dipanen sekitar tiga bulan, sedangkan singkong satu tahun dan paling cepat sembilan bulan. Saat musim panen tiba, Suki menjual hasil panennya ke pemborong ubi atau singkong. Terkadang Suki menjual juga kepada tetangga-tetangga di sekitar rumahnya. ”Per kilo singkong dijual Rp2.500. Sedangkan labu, dijual perbiji sekitar Rp20 sampai Rp30 ribu. Setiap panen bisa mendapatkan keuntungan Rp300 ribu,” ungkapnya. Namun, saat musim kemarau panjang berdampak menurun omset panen sekitar Rp170 ribu. “Kadang saya jual ke tetangga, lumayan hasilnya bisa buat jajan anak dan kebutuhan di rumah. Tapi, tahun ini hasil panen menurun gara-gara musim kemarau panjang,”keluhnya. (ads/b/els)