METROPOLITAN- CARINGIN Sampah menjadi persoalan krusial di berbagai wilayah yang menjadi tanggung jawab semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun swasta. Di antara beragam cara penanganan sampah, Forum Masyarakat Ciletuh (FMC) RW 08 Desa Ciderum, Kecamatan Caringin, lebih memilih pengelolaan sampah terpadu berbasis incinerator. Ketua FMC 08, Acep Mulyana, mengemukakan, program ini sudah digagas sejak setahun lalu yang diawali dengan kegiatan observasi, studi banding, sosialisasi dan penguatan kelembagaan. "Alhamdulillah program pengelolaan sampah terpadu berbasis incinerator ini mendapat respons positif dan dukungan berbagai pihak, baik dari pihak swasta, Pemerintah Desa Ciderum, lembaga desa, para Ketua RT dan RW termasuk para tokoh masyarakat dan tokoh agama. Makanya, setelah mendapatkan dana bantuan dari PT Tirta Investama Pabrik Aqua Ciherang sebagai dana awal kami akan dirikan tungku incinerator awal Desember 2019 sambil menunggu beresnya pembuatan mesin atau alat penyedot asap selesai," katanya, di sela acara silaturahmi dan sosialisasi program, kemarin. Ia menjelaskan, sudah banyak lembaga atau komunitas yang bergerak mengelola sampah. Namun FMC 08 Kampung Ciletuh lebih memilih pengelolaan sampah terpadu berbasis incinerator karena memiliki banyak keunggulan. "Modal minimal tapi hasil maksimal. Untuk lingkup penanganan satu RW dengan kapasitas 1 ton per hari sampah organik maupun nonorganik cukup modal kurang lebih 25 juta rupiah, cara kerja yang sederhana, tidak menimbulkan bau dan polusi. Hasilnya multifungsi. Selain lingkungan bersih juga dapat menambah penghasilan ekonomi warga serta mengurangi pengangguran, bahkan bisa menambah kas RT/RW serta membantu biaya sosial kemasyarakatan," jelasnya. Mentor program dari Komunitas JampeDAS, Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Mursyid menambahkan, bahwa penanganan sampah menggunakan incinerator ini sudah dimodifikasi menggunakan alat scraber sehingga tidak menimbulkan polusi udara. "Dalam incinerator dipasang alat scraber untuk menghilangkan partikel asap yang berbahaya. Hasilnya bisa diuji emisi," ungkapnya. Menurutnya, pengelolaan sampah berbasis incinerator ini, selain menjadi solusi agar lingkungan terbebas dari sampah organik dan nonorganik juga akan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. "Sampah yang diangkut dari setiap wilayah dipilah oleh petugas TPS3R karena banyak yang bisa didaur ulang. Sampah yang sama sekali tak bisa dimanfaatkan baru dibakar selama 6 jam. Abu hasil pembakaran masih bisa diolah menjadi paving block, bata, atau pupuk bahkan BBM," paparnya. Sementara itu, Kepala Desa Ciderum Asep Hudri (Akep) sangat mengapresiasi program yang dijalankan warga RW 08 Kampung Ciletuh. "Sampah merupakan persoalan dan sumber penyakit di mana -mana. Penanganan sampah harus benar-benar timbul dari kesadaran pribadi masing-masing. Mari kita duduk bersama untuk kemajuan dan kebutuhan masyarakat karena ini sangat berbermanfaat besar, selain lingkungan yang bersih bisa menjadi usaha bagi masyarakatnya. Kami siap mendukung penuh," pungkasnya. (ash/b/els)