METROPOLITAN - Pendidikan Pembentukan Bintara Polri Tahun 2019/ 2020 di Sekolah Polisi Negara Polda Metro Jaya (SPN PMJ) Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat resmi ditutup.
Kemarin, upacara penutupan kegiatan etrsebut dipimpin langsung Kapolda PMJ Irjen. Pol Nana Surdjana di halaman SPN PMJ Lido Cigombong, Bogor.
Kapolda PMJ Irjen. Pol Nana Surdjana mengatakan, pendidikan negara di SPN PMJ Lido dilaksanakan selama tujuh bulan. Mulai 6 Agustus 2019 hingga 6 Maret 2020.
Sedikitnya ada 460 siswa untuk tahun 2019- 2020 yang mengikuti pendidikan di SPN PMJ Lido Cigombong.
“Dari jumlah tersebut satu siswa dinyatakan tidak lulus karena faktor mental. Jadi yang lulus sebanyak 459 orang," kata Irjen Pol. Nana Surdjana kepada wartawan, Senin (2/3/2020).
Irjen Pol Nana mengatakan bahwa pendidikan ini bertujuan untuk membentuk Bintara Polri Bhayangkara menjadi bintara professional dan berintegritas. Khususnya dalam melayani masyarakat sesuai tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).
"Tugasnya antara lain, memelihara keamanan, menjaga ketertiban serta memberikan pelayanan perlindungan dan mengayomi masyarakat. Termasuk penegakan hukum," ucapnya.
Irjen Pol Nana mengatakan kalau selama ini institusi Polri selalu mengutamakan akademis, mental kepribadian dan kesehatan jasmani. Ketiganya dianggap penting dan menjadi salah satu penilaian untuk menentukan apakah yang bersangkutan diterima atau tidak.
"Kami tetap berpedoman kepada sistem yang sudah ada. Artinya tidak ada biaya ataupun lainnya untuk penerimaan bintara. Karena, selama ini kami menggunakan sistem BETAH yakni bersih, transparan, akuntabel dan humanis," tuturnya.
Ia menerangkan, dengan berpegang pada pedoman dan prinsip BETAH tersebut dapat dilihat dari beberapa siswa yang ada. Di mana, ada siswa lulusan terbaik yang meraih juara umum bidang akademis, jasmani dan mental kepribadian.
"Siswa itu adalah Laode yang merupakan siswa paling baik dibanding siswa lainnya. Laode sendiri putra dari seorang petani.
Kemudian, ada juga siswa yang sejak duduk di SMA ikut berjualan dengan kakak nya di daerah Kemayoran Jakarta. Dia ini anak yatim piatu. Siswa terbaik lainnya merupakan anak seorang pekerja buruh. Jadi tidak ada biaya untuk pendidikan bintara sebagaimana diisukan," pukasnya.
Bripda Pol Edy Prastyo salah satu lulusan salah satu siswa lulusan terbaik SPN PMJ,yang juga yatim piatu ini tidak menyangka dirinya bisa lulus dan menjadi anggota Polri. Sebab, dalam ia mengira kalua nasibnya hanya bisa jadi penjual nasi goreng.
"Setelah saya merantau dari Pekalongan ke Jakarta,dalam pikiran saya hanya berdagang. Tapi tetap dalam hati saya bercita-cita jadi Polisi. Maka, ketika ada pengumuman penerimaan calon polri saya ikut mendaftar. Alhamdulilah saya lolos seleksi,dan lulus. Sampai saat ini saya tidak menyangka saya menjadi anggota Polri. Ke depanya saya siap mengayomi,melindungi,masyarakat sesuai tugas saya,"ucapnya. (nto/c/feb)