Senin, 22 Desember 2025

Petani Tanaman Hias Puncak Banjir Orderan

- Senin, 10 Agustus 2020 | 12:26 WIB

METROPOLITAN - Usaha budidaya tanaman hias di wilayah Puncak semakin ber­kembang. Setiap harinya para petani kebanjiran order, baik dari penggemar lokal ataupun mancanegara. Pe­tani sekaligus pedagang ta­naman hias di Puncak, Su­nyoto, mengatakan, setahun terakhir perkembangan pen­jualan tanaman hias terus meningkat. ”Jenis tanaman hias yang saat ini mendominasi pesanan adalah Aroid atau lebih di­kenal dengan nama ’Janda Bolong’. Selain itu, ada pula jenis varigata, pilo dan mons­tera. Kini jenis yang lain juga ikut terdongkrak pangsa pa­sarnya,” ungkapnya. Namun, stok dari petani saat ini semakin menipis. Inilah yang membuat harga tanaman hias tersebut semakin mahal. Sebelumnya, tidak banyak petani yang produksi tanaman hias jenis itu. Untuk me­menuhi pesanan hanya mengandalkan pencarian dari pedagang, rumah warga dan vila. “Sekarang yang harganya melejit untuk jenis anthurium mangkok, varigata, cobra, corong dan jenis anthurium lama lainnya,” bebernya. Ia menyebutkan, jenis anthu­rium yang biasa dipatok Rp25 ribu untuk tiga daun, kini harganya mencapai Rp60 ribu. Lalu, jenis Philo Verroko­sum, Philo Plomanii dan Melano, harga per daun Verro kosum mencapai Rp400 ribu. Sementara Plomanii mencapai Rp200 ribu dan Melano mencapai Rp150 ribu. ”Jadi, jika usaha di bidang lain mengalami kemunduran akibat Covid-19, para petani tanaman hias koleksi malah panen pundi–pundi rupiah,” ujarnya. Petani tanaman hias lainnya, Deni Arko, mengakui omset penjualan tanaman hias tem­bus di angka Rp20-40 juta setiap bulannya. “Kira-kira pendapatan per bulan kotor bisa mencapai Rp20 sampai Rp 40 jutaan. Tapi itu kan kita belanjakan lagi. Kalau saya selama ini dominan ber­main di jenis anthurium, tapi jenis lain juga kita beli dan jual. Alhamdulillah cepat se­kali putarannya,” ujar Deni. Akan tetapi, Deni sangat menyayangkan jika selama ini petani tanaman hias di kawasan Puncak hanya ber­jualan di rumah masing–ma­sing. Hampir tidak ada yang mempunyai lapak di pinggir jalan. Kondisi ini membuat para peminat susah mene­mukannya. ”Tapi, karena pasar tanaman hias sekarang sudah online, ditambah jaringannya sudah kuat, ini menjadi fenomena tersendiri yang bisa mengin­spirasi kita semua dalam be­rusaha. Tanaman yang kadang kita sisihkan, ternyata men­jadi penolong di kala susah. Untuk bertani pun tidak harus dengan lahan yang luas,” pung­kasnya. (ash/c/feb/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

PTPN 1 Regional 2 Pasang 6 Plang di Lahan Ilegal Puncak

Jumat, 13 September 2024 | 18:48 WIB
X