METROPOLITAN - SDN Ciawi 02 terus menerapkan protokol kesehatan saat pandemi Covid-19. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan di rumah siswa secara berkelompok. Sementara para guru mendatangi kelompok belajar tersebut secara bergantian. Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Ciawi sekaligus Kepala SD Ciawi 02, Holili, menyampaikan, untuk terus meningkatkan pencegahan Covid-19, sebagian besar dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang seharusnya dibelikan buku paket siswa terpaksa dikurangi. Anggaran tersebut akhirnya digunakan untuk pembangunan sarana kesehatan, seperti tempat mencuci tangan, sabun dan lainnya. ”Agar kualitas bisa bertahan lama, sarana kesehatan itu dibuat permanen. Memang biayanya diambil dari dana BOS,” jelasnya. Di tengah pandemi memang ada perubahan pola belajar. Termasuk pergeseran pada media yang digunakan dalam proses KBM. ”Pihak sekolah bukannya tidak mau membantu siswa yang tidak mampu untuk membeli pulsa, tapi mau bagaimana. HP saja tidak punya, jadi memang itu jadi kendala tersendiri,” paparnya. Persoalan tersebut mendapat tanggapan praktisi pendidikan dari organisasi Pepeling, Iwan Meicin. Menurutnya, proses pembelajaran secara daring itu memberatkan sebagian orang tua siswa lantaran tidak semua siswa memiliki gadget. Ditambah beban kuota yang membengkak karena proses daring ini. ”Dana BOS seharusnya bisa didelegasikan ke orang tua murid dalam bentuk subsidi kuota misalnya. Lalu, pertanggungjawaban dana BOS kali ini harusnya berbeda dengan sebelumnya. Ada pergeseran pos anggaran. Bukan tidak mungkin beberapa sekolah yang tidak menyelesaikan pertanggungjawabannya bisa jadi temuan penyelewengan,” tegasnya. Dengan berubahnya pola pembelajaran itu tidak menjadikan banyak temuan penggunaan dana BOS. Karena itu bisa mencederai kredibilitas dunia pendidikan. ”Jangan sampai dengan berubahnya sistem pembelajaran, maka jadi memberatkan orang tua siswa. Sudah selayaknya sekolah bisa membantu,” tutupnya. (ash/c/feb/ py)