Kepala Desa (Kades) Kuta, Kecamatan Megamendung, Kusnadi, berinisiatif mengolah sampah plastik menjadi paving block. Ide ini berawal dari maraknya pencemaran lingkungan yang didominasi sampah plastic BANYAKNYA sampah plastik, mulai dari kantong plastik, bungkus mi instan dan plastik kemasan lain yang tidak dipungut pemulung, jadi masalah lingkungan yang serius. Tak ingin berlarut-larut, kades Kuta akhirnya mengerahkan warga untuk gotong-royong mengolahnya menjadi barang bernilai jual. Merujuk pada data yang diperoleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, dalam sehari produksi sampah mencapai 2.900 ton atau setengah kilogram sampah per hari dengan asumsi jumlah penduduk 5,9 juta jiwa. Sementara itu, dari data Sustainable Waste Indonesia (SWI), kurang dari 10 persen sampah plastik terdaur ulang dan lebih 50 persen tetap berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau mencemari lingkungan, sungai dan laut. Untuk itu, pihaknya berusaha mengurangi jumlah sampah plastik di lingkungannya. Sampai-sampai, ia rela merogoh koceknya sendiri. Uang yang dikeluarkan ia gunakan untuk peralatan mesin pencetak dan pelebur dari barang yang tak terpakai. Salah satunya bekas drum oli. ”Saya belum melibatkan siapa pun dalam rencana ini, baru percobaan,” terangnya. Untuk pembuatan satu unit paving block ukuran diameter 17 cm dengan ketebalan 8 cm, membutuhkan 6 ons sampah plastik dan satu liter oli bekas. ”Sampah plastik dan oli bekas banyak, tak perlu mengeluarkan biaya mahal,” jelasnya. Menurutnya, ide mengubah limbah plastik menjadi bahan material bisa mendukung pemerintah dalam menyelamatkan lingkungan. ”Selain itu, ini juga bisa memutar roda ekonomi di Desa Kuta,” terangnya. Ia berharap temuan ini bisa secepatnya terealisasi dan bisa menjadi solusi warga dalam mengatasi permasalahan sampah. ”Yang terpenting masalah sampah bisa sedikit teratasi, soal laku atau nggaknya nomor sekian,” tutupnya. (fri /c/feb/py)