CILEUNGSI - Tak hanya harga sayuran dan sembako saja yang mulai merakak naik di setiap akhir tahun. Kini keberadaan gas tiga kilogram pun ternyata sudah mulai langka. Padahal, gas merupakan program pemerintah untuk menggantikan minyak tanah yang dijadikan sebagai bahan bakar bagi masyarakat untuk memasak kini mulai sulit didapat.
Salah seorang pemilik warung di Kampung Ciuncal, Desa Situsari, Kecamatan Cileungsi, Yuliana mengatakan, kelangkaan gas ini jelas menyusahkan masyarakat, lantaran gas merupakan kebutuhan masyarakat untuk memasak."Kalau gasnya langka, bagaimana masyarakat bisa makan, karena untuk masak saja susah," katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Ia menjelaskan, harga yang ditetapkan pemerintah memang hanya berkisar Rp16 ribu untuk gas tiga kilogram, namun realitanya di lapangan tidak seperti yang dikatakan pemerintah."Masyarakat biasanya membeli dengan harga Rp20 ribu sampai Rp23 ribu untuk gas tiga kilogram ini," jelasnya.
Bahkan, sambungnya, dirinya pun kesulitan mencari gas melon tersebut, karena hampir di semua agen, maupun pangkalan, gas tersebut sulit untuk dicari.
Senada, salah seorang ibu rumah tangga (IRT) di Cileungsi Yanti (30) mengungkapkan, kelangkaan gas ini jelas sangat menyusahkan masyarakat. Bagaimana tidak, karena hampir semua masyarakat menggunkan gas untuk memasak."Saya pernah tidak masak karena tidak ada gas, terpaksa jadi beli makan di luar, dan hal ini membuat keuangan keluarga menjadi lebih boros," tuturnya.
Ia berharap, pemerintah bisa memperhatikan kondisi masyarakat untuk menentukan kebijakan, kalau memang gas melon tersebut ingin dialihkan ke bright gas lima kilogram, pendapatan masyarakat pun harus dipikirkan."Jangan sampai upah dari para pekerja tidak naik, tapi harga kebutuhan selalu melonjak naik, ini malah menyusahkan rakyat, bukan mensejahterakan," tandasnya.
(tri/b/sal/run)