BABAKANMADANG - Merasa dipermudah tanpa ada persyaratan khusus untuk mendapatkan pinjaman, masyarakat lebih memilih bergantung kepada renternir. Hal tersebut bukan berarti masyarakat yang notabenya pekerja tidak tahu aka resiko yang akan dihadapi kelak, apabila mereka tidak mampu membayarnya.
Salah satu pekerja harian Sahar (36) warga Citaringgul mengatakan, dirinya bukan tidak mau minjam ke bank. Tapi karena persyaratannya banyak, sementara kalau di renternir tinggal menyerahkan KTP sama ATM, menit itu juga cair.
" Kita gadaikan ATM yang masih berlaku bang, kalau pas gajian saya ambil uangnya bareng-bareng sama dia ( renternir).Habis mau gimana lagi bang itu cara paling mudah dan simple. Saya tau resiko yang harus ditanggung ketika pinjam ke renternir,” jelasnya kepada Metropolitan, kemarin.
Hal senada dikatakan Tina (32). Pekerja pabrik garmen warga Desa Nutug mengatakan, ia dan temen -temannya, banyak yang pinjem ke renternir, modalnya hanya fotokopi KTP dan menaruh ATM.
" Pinjam bisa sampai jutaaan bang ke renternir, saya sadar bunganya memang besar,bahkan teman saya sampai rumahnya diambil renternir gara gara meminjam tidak terbayar. Pinjam Rp 1 juta kembalinya bisa jadi Rp 1.500.000. Kalau gak dibayar bertahun tahun bisa jadi Rp 15 juta,”jelasnya.
Masyarakat Peduli Ekonomi Kecil Bogor (MPKB) Saipulloh mengatakan, maraknya lintah darat tersebut tentunya dapat menjerat warga sehingga menambah sulit saja ekonomin mereka. Dikarenakan bunga dari pinjaman renternir juga terbilang amat lah besar.
"Dengan itu, seharusnya pemerintah memberikan solusi kepada masyarakat, agar memberikan pinjaman lunak melalui badan usaha seperti perbankan dan lain lain tanpa adanya syarat yang ribet. Sehinga masyarakat tidak meminjam ke rentenir dan masyarakat bisa terbebas dari jeratan lintah darat yang mencekik,” pungkasnya.
(tri/c/sal).