SUKAMAKMUR - Kecamatan Sukamakmur menjadi salah satu kawasan pertanian terluas di Tegar Beriman. Namun, hal itu tidak menjamin kemakmuran para petani. Misalnya petani di Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur.
Hasil pertanian mereka justru dikuasi para tengkulak. Mereka memberikan harga serendah-rendahnya pada petani dengan iming-iming dibayar di muka. “Jadi saat panen, sudah ada tengkulaknya. Jadi hasil panen diborong semuanya,” ujar Nurdin (45), petani bawang asal Desa Sukawangi kepada wartawan, baru-baru ini.
Kondisi ini tidak saja dialami Nurdin. Di Desa Sukawangi sendiri ada ribuan petani yang juga bernasib serupa. Terlebih bagi petani sayuran. “Karena tidak ada lagi pilihan. Soalnya kami mengambil uangnya dulu kepada tengkulak. Saat panen, baru hasil panen diambil langsung tengkulak,” tuturnya.
Kepala Desa Sukawangi Hendro Hermawanto tak menampik kondisi tersebut. Ia menuturkan, saat ini masalah pertanian yang ada di Desa Sukawangi adalah tengkulak. Hampir seluruh petani di desanya bergantung pada tengkulak. “Masalahnya itu para petani sudah lebih dulu menerima uang dari tengkulak. Dampaknya ketika masa panen, petani sudah tidak mendapatkan lagi uang,” katanya.
Menurutnya, selama hasil pertanian dikuasai tengkulak, petani termasuk kalangan buruh tani akan sulit sejahtera atau meningkat perekonomiannya. “Sebab uang yang diterima akan habis untuk urusan rumah tangga dan persiapan penanaman kembali,” ucapnya.
Adapun jumlah warga Sukawangi yang berprofesi sebagai petani, buruh tani dan pemilik lahan tercatat berjumlah 1.360 orang. Jumlah itu merupakan 80 persen dari total jumlah penduduk Desa Sukawangi.
Nah, untuk memutus mata rantai tengkulak, Hendro mengaku sedang mempersiapkan koperasi pertanian. Hanya saja saat ini Desa Sukawangi masih mengkaji dan mencari orang yang berkompeten di bidang market pertanian. “Kami sedang merancang itu, sehingga petani di desa Sukawangi makmur, tidak terseok-seok seperti ini,” pungkasnya.
(pj/sal/run)