CILEUNGSI - Setelah tepung tapioka melejit menjadi Rp280 ribu per karung, kini harga sembako merambat naik. Hal tersebut tentu membuat masyarakat kembali menjadi korban. Entah sampai kapan masyarakat akan diberi hak kenyamanan dengan situasi harga barang yang kondusif.
Salah seorang pedagang sayuran di Pasar Cileungsi, Malik (35), menjelaskan bahwa saat ini harga sayuran mulai merangkak naik. Di antaranya wortel per kg Rp6 ribu yang semula Rp5 ribu, cabai setan Rp53 ribu yang semula Rp43 ribu, bawang merah Rp24 ribu yang semula Rp20 ribu, bawang putih Rp36 ribu ayang semula Rp33 ribu, sedangkan tomat dan kentang mengalami kenaikan Rp100.
"Harga barang tidak pernah kondusif, Bang. Pemerintah cuma mikirin pilkada yang kondusif. Pemerintah tidak pernah mikirin kapan barang mahal,” ungkapnya kepada Metropolitan, kemarin.
Sementara salah seorang pedagang kelontong, Sinaga, mengatakan bahwa kenaikan harga terjadi pada telur dari Rp21 ribu menjadi Rp24 ribu, kemiri dari Rp35 ribu menjadi Rp40 ribu, minyak goreng dari Rp12.500 menjadi Rp13.500, gula merah dari Rp14 ribu menjadi Rp16 ribu per kg. "Harga naik, solusi pemerintah paling operasi pasar untuk menekan harga. Yang kita ingin, pemerintah selalu jaga harga barang. Bukan operasi pasar,” pintanya.
Sementara pedagang sembako di Pasar Babakanmadang, Syukur (40), mengungkapkan bahwa harga beras pun saat ini ikut-ikutan naik. Dari setiap karung beras jenis apa pun, naik Rp10 ribu. "Beras kualitas biasa semula Rp510 ribu/50 kg menjadi Rp520 ribu, beras kualitas baik Rp550 ribu/50 kg menjadi Rp560 ribu," bebernya.
Ia menjelaskan, sudah dua pekan harga naik tidak ada upaya dari pemerintah terjun ke lapangan. Ia menilai pemerintah sibuk pilkada jadi lupa dengan harga barang yang naik. “Lagian pemerintah juga tak bisa berbuat banyak kalau harga naik, paling cuma sidak dan operasi pasar. Kami inginnya pemerintah bisa menjaga harga pasar yang kondusif. Bukan lebay, kalau harga naik baru ada operasi pasar,” ungkapnya.
(tri/b/sal/run)