METROPOLITAN - Kabar mengejutkan datang dari SDN Limusnunggal 01 di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Diketahui, pihak sekolah meminta iuran Rp100.000 per siswa untuk membangun WC atau toilet di sekolahnya. Wali murid yang namanya enggan dikorankan mengungkapkan, iuran ini diminta pihak sekolah untuk perbaikan WC siswa yang kondisinya rusak. “Hampir setiap tahun ada saja pungutan dari sekolah. Tahun kemarin setiap siswa diwajibkan bayar Rp50.000 untuk membeli kursi, tapi kursinya nggak ada. Dikemanakan uang itu?” bebernya. Ia menuturkan, orang tua tidak berani protes pungutan itu. Sebab, dikhawatirkan anaknya yang sedang belajar dimarahi atau berdampak pada nilai. ”Kebanyakan orang tua siswa tidak paham itu pungutan liar, makanya jarang yang ada protes ketika rapat dengan kepala sekolah. Setelah beres rapat baru pada marah, itu pun tidak berani protes ke pihak sekolah,” paparnya. Ia melanjutkan, orang tua siswa selama ini tidak diberikan informasi berapa dana BOS atau dana pendidikan bantuan dari pemerintah yang diterima pihak sekolah. Mereka selalu beralasan dana pendidikan dari pemerintah tidak cukup untuk membiayai kebutuhan sekolah. “Kalau dijumlahkan, pungutan dengan jumlah siswa cukup besar. Siswa yang diwajibkan bayar berjumlah 960 siswa, itu dari kelas 1 sampai kelas 6. Jadi, kalau dijumlahkan bisa mencapai Rp96 juta,” bebernya. Sementara itu, tenaga pendidik di SDN Limusnunggal 01, Darwin Tanjung, menjelaskan, adanya pungutan tersebut berdasarkan rapat dengan orang tua siswa. “Pungutan untuk bangun WC itu benar. Jadi, orang tua siswa menyetorkan langsung ke ketua komite. Karena WC masih kurang, sedangkan jumlah siswa sangat banyak, WC yang ada dulu mulai rusak, makanya perlu perbaikan,” katanya. (has/b/rez/py)