SUKAMAKMUR - Nampaknya pemerintah pusat harus sedikit berfokus kepada Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Desa tersebut menjadi salah satu penghasil komoditas kopi robusta dan arabika dengan rasa terbaik. Bahkan, kopi asala desa tersebut juga memeiliki 9 cita rasa yang kerap dibidik para wisatawan lokal hingga mancanegara.
Namun sayang, potensi besar itu tidak didukung dengan infrastruktur jalan yang memadai. Akses menuju Desa Sukawangi rusak parah sehingga menghambat mobilitas masyarakat khususnya petani kopi. Tak hanya itu, kerusakan jalan juga membuat wisatawan yang berniat berburu kopi khas Bogor sambil menikmati keindahan alam, berpikir dua kali berkunjung lagi ke desa yang berbatasan dengan Cianjur itu.
Kepala Desa Sukawangi, Hendro Hermawanto menyebutkan, sepanjang 9,5 kilometer ruas jalan utama di daerah Desa Sukawangi rusak parah. Ruas jalan tersebut merupakan akses utama warga setempat sekaligus menjadi jalur alternatif yang menghubungkan beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur. "Kalau hujan jalan itu sulit dilalui kendaraan khususnya sepeda motor. Apalagi ketemu tanjakan, pasti bannya mater," kata Kepala Desa Sukawangi, Hendro Hermawanto, akhir pekan lalu.
Hendro menerangkan, mayoritas penduduk Desa Sukawangi menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam. Mulai padi, cengkeh, hingga kopi menjadi andalan warga sejak turun temurun. "Paling dominan memang sebagai petani kopi, ada 40 persen. Kopi asal desa kami sudah terkenal kemana-kemana karena rasanya yang khas," kata dia.
Walaupun demikian, mimpi pemerintah desa untuk mengembangkan Desa Sukawangi sebagai pusat kopi selalu gagal lantaran tidak ditunjang dengan infrastruktur jalan. Akibatnya, para petani kopi lebih banyak menjualnya ke tengkulak dengan harga jauh lebih murah. Padahal, tak sedikit yang menyebut bahwa cita rasa kopi Sukawangi berada di atas kopi Gayo.
Bahkan, setiap perlombaan kopi, Sukawangi selalu mendapat penilaian terbaik dari segi rasa. "Makanya harapan kami jalan ini segera diperbaiki. Karena kedepan kami punya rencana, misal membeli kopi dari para petani melalui dana BUMDes, lalu dikemas dengan melibatkan warga setempat. Tujuannya supaya petani sejahtera," kata dia.
Langkah selanjutnya, membangun gerai maupun kedai kopi di beberapa titik lokasi yang dianggap sangat cocok dan nyaman bagi wisatawan. Di tempat itu, para wisatawan bisa menikmati kopi sambil memandang perbukitan. "Gerai dan kedai kopi ini untuk mengenalkan produk kopi daerah kami biar lebih dikenal oleh para wisatawan," kata dia.
Begitu pula pengembangan pariwisata. Menurutnya, wilayahnya telah menjadi desa binaan Kementerian Pariwisata belum lama ini. Potensi wisata alam yang dimiliki desa tersebut adalah Curug Arca, Curug Cibeet, pemandian air panas. "Tapi kembali lagi, kalau jalan bagus potensi yang kita miliki pasti akan berjalan dengan baik," kata dia.
Sementara itu, Kasi Ekonomi Pembangunan Desa Sukawangi, Ujang Saefullah mengatakan, kerusakan jalan menyebabkan biaya transportasi jauh lebih mahal. Karena ketidakketersediaan angkutan umum, warga terpaksa harus naik ojek dengan tarif Rp60 ribu untuk menuju Pasar GSP Cianjur. "Warga kami memang lebih memilih ke pasar di wilayah Cianjur karena jaraknya lebih dekat dibanding ke Kantor Kecamatan Sukmakmur," ujar Ujang. (fad/els)