METROPOLITAN - GUNUNGPUTRI Tidak adanya fasilitas pengendali debit air atau cek dam pada aliran Sungai Cileungsi dan Cikeas, jadi masalah. Sebab tidak bisa mengantisipasi dan memberikan informasi dini, soal tingginya debit air kepada masyarakat. Hal tersebut juga menjadi salah satu, penyebab banyaknya korban banjir bandang, yang menerjang kawasan Perumahan Villa Nusa Indah, Bojong Kulur, Kabupaten Bogor. Hingga saat ini, pemantauan kedua sungai masih bertumpu kepada pos pemantau sungai milik Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas (KP2C). Sayangnya, beberapa fasilitas di pos tersebut mengalami kerusakan saat bencana banjir yang menerjang, pada awal tahun lalu. Ketua KP2C, Puarman mengatakan, setidaknya akibat tingginya aliran sungai kala itu, merusak sejumlah pos pemantauan sederhana tersebut. Seperti CCTV dan peilscale atau alat pengukur Tinggi Muka Air (TMA) yang hanyut dihantam arus sungai. Menurut Puarman, kedua fasilitas di dua sungai tersebut sangat penting. Kedua alat tersebut menjadi tumpuan agar mengetahui debit air yang melintas di dua sungai. “CCTV dan Peilscale rusak terbawa hanyut,” kata Puarman. Puarman menilai, untuk dua sungai besar yang melintas di timur kabupaten ini, pemerintah harus membangun pintu pengendali air air cek dam. Dan lebih memperhatikan kembali, kondisi pos penjagaan lantaran tak adanya fasilitas yang memadai. “Ini sungai besar loh. Jadi sudah seharusnya ada cek dam agar arus sungai dapat dikendalikan. Kalau tak segera dibangun, tentu akan sulit untuk mengantisipasi luapan air. Apalagi saat musim hujan seperti ini,” tandasnya. (ogi/b/suf)