Senin, 22 Desember 2025

Konsisten Rawat Sungai agar tak Tercemar

- Selasa, 31 Maret 2020 | 11:00 WIB

Bertahun-tahun menderita akibat luapan banjir, menyadarkan masyarakat bantaran sungai untuk berbenah. Sungai disadari sebagai sumber kehidupan yang harus dilestarikan agar tidak menjadi bencana yang memorak-porandakan kehidupan manusia. WARGA bantaran Sungai Cileungsi, terutama di Kabu­paten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi sudah akrab dengan bencana. Saat musim hujan rumah mereka rentan kebanjiran. Sementara saat musim kemarau, mereka ha­rus hidup dibayangi aroma busuk limbah industri yang menguat dari sungai. Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C), Puarman, mengata­kan, bencana yang rutin dia­lami masyarakat bantaran Sungai Cileungsi menumbu­hkan kesadaran untuk saling mengingatkan. Di setiap mu­sim hujan, warga saling meng­ingatkan untuk segera me­mindahkan barang dan mela­kukan evakuasi jika muka air di hulu Cileungsi tinggi. ”KP2C punya petugas dan CCTV (kamera pemantau) di hulu Cileungsi. Jadi, begitu ada kenaikan tinggi muka air di hulu sungai, masyarakat kami berikan informasi,” katanya. Menurutnya, peringatan itu diberikan kepada 10.400 ang­gota KP2C agar enam jam sebelum banjir tiba, masy­arakat sudah mengambil ke­putusan untuk evakuasi dan memindahkan barang-barang jika terjadi banjir. Peringatan itu bermanfaat bagi warga karena sebagian besar warga bekerja jauh dari rumah, se­hingga jika tidak diingatkan peralatan dalam rumah akan ikut terendam banjir. Selain memberikan pering­atan dini banjir atau yang disebut dengan misi keben­canaan, tambah dia, ada juga misi pelestarian. Cara yang dilakukan KP2C untuk men­jaga sungai tidak tercemar, yakni melaporkan kepada pemerintah daerah jika ter­jadi perubahan warna air di musim kemarau. ”CCTV yang kami miliki di musim kemarau kami manfaatkan untuk me­mantau warna air sungai. Kalau air sungai berubah, sudah ada indikasi awal ada pencemaran,” katanya. Hasil pemantauan dan pel­aporan indikasi pencemaran Sungai Cileungsi mulai mem­buahkan hasil. Pada 20 Sep­tember 2019, Ombudsman Jakarta Raya merilis laporan akhir hasil pemeriksaan (LA­HP) dalam percepatan penanganan pencemaran Sungai Cileungsi. Dari hasil inspeksi mendadak dan in­vestigasi, Ombudsman Ja­karta Raya menemukan kalau Sungai Cileungsi masih ter­cemar hingga Agustus 2019. Dalam data Direktorat Jen­deral Pengendalian Pence­maran dan Kerusakan Ling­kungan KHLK disebutkan, pencemaran Sungai Cileung­si diduga dilakukan 54 peru­sahaan. ”Sungai Cileungsi itu limbah yang paling dominan itu limbah industri. Pence­maran kedua dari limbah domestik, tetapi tidak terlalu signifikan,” kata Puarman. Ia menambahkan, persoalan di Cileungsi sudah mendapat perhatian dari pemerintah. Sebab, ada rencana membangun Bendungan Narogong di hulu Cileungsi dengan tujuan me­menuhi defisit air minum an­tara Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. ”Tapi nanti air dari bendun­gan itu akan dialirkan pakai apa. Kalau melalui sungai, kuncinya sungai harus diber­sihkan dulu,” pungkasnya. (kps/els/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X