Minggu, 21 Desember 2025

Sopir hingga Kondektur Keluhkan Larangan Mudik

- Sabtu, 1 Mei 2021 | 12:30 WIB

METROPOLITAN - Sepi. Itulah yang terlihat di Terminal Cileungsi, akhir-akhir ini. Bis­nis transportasi umum di sana nampak lesu. Sejauh mata memandang, tak banyak per­gerakan hilir mudik penum­pang. Tidak tampak pula bus antar kota dan antar provinsi di sana yang keluar-masuk. Kondisi ini menjadi tahun kedua di Terminal Cileungsi. Semenjak Covid-19 masuk Indonesia, musim mudik Le­baran yang biasanya menjadi waktu panen penumpang, dua tahun ini menghilang menjadi Larangan Mudik. Tidak ada lagi penumpang yang rela mengantre tiket sejak pagi buta. Tidak ada pula bus yang teronggok tak terpakai. “Ya mau gimana lagi,” tutur Sandi, salah seorang kondek­tur bus, di Terminal Cileung­si, belum lama ini. Mudik Lebaran dua tahun lalu, ia menikmati masa jaya­nya menjadi seorang kondek­tur bus antar kota. Ia bisa membelikan istri dan kedua anaknya baju Lebaran. Me­masak opor ayam serta daging, hingga memberikan uang Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran. Namun, di 2020 semua mu­lai berubah. Ketika Covid-19 datang, transportasi dibatasi. Tahun itu menjadi tahun per­tamanya tak bisa membelikan baju Lebaran untuk anak dan istrinya. “Mudik juga dilarang waktu itu,” ujarnya. Memasuki 2021, perjalanan transportasi perlahan mulai kembali. Walau tidak banyak, masih ada penumpang yang menggunakan jasa transpor­tasi bus di Terminal Cileung­si. Asa mulai muncul. Tahun ini Lebaran bisa memberikan anak dan istri baju Lebaran. Lebaran bisa kembali makan opor ayam dan gulai sapi lagi. Namun, asa itu buyar saat pemerintah mengumumkan larangan mudik Lebaran tahun ini. Kesal dan sedih bercampur. Harapan memberikan ke­senangan bagi istri dan anaknya di Lebaran tahun ini terancam gagal. “Bingung. Kasihan anak sama istri saya,” katanya sem­bari mengerutkan dahi. Kondisi ini juga dialami sopir dan kondektur bus yang ada di Terminal Cileungsi lainnya. Ada ratusan orang yang ber­nasib serupa. Hal itu mem­buat mereka tak punya ba­nyak pilihan. Jika nekat me­langgar, pasti akan berurusan dengan hukum. Terlebih, beberapa waktu lalu seluruh PO bus yang ada di Cileungsi sudah menanda­tangani kesepakatan untuk mengikuti aturan pemerintah ini. Selain para sopir dan kondektur, penjual oleh-oleh juga warung makan di Termi­nal Cileungsi ikut terdampak. Larangan mudik Lebaran membuat tak ada penumpang yang datang. Tampak kios-kios pedagang sepi. “Biasa sehari dulu bisa Rp300 ribu sampai Rp500 ribu. Sekarang jauh,” ungkap Dadang, salah seorang pedagang di Terminal Cileungsi. Sementara itu, mulai kemarin Polsek Cileungsi telah meny­ebar pasukannya untuk men­ghalau pemudik dan pen­datang di wilayah timur Kabupaten Bogor. Pasukan itu bernama Tim Antimudik Bang Toyib Polsek Cileungsi. Personel yang dikerahkan sebanyak 150 personel. Tim ini bakal menghalau para pe­mudik juga pendatang yang akan masuk wilayah perbata­san di Bogor timur. “Jadi kita lakukan penyekatan di semua jalur. Bahkan, sampai ke rumah tujuan pemudik,” ujar Kapol­sek Cileungsi Kompol Andri Alam. Andri menjelaskan Tim Anti­mudik Bang Toyib Polsek Ci­leungsi akan berkoordinasi dengan kepala desa juga ketua RT dan RW. “Jadi dapat di­ketahui jika ada pendatang atau pemudik,” jelasnya. Selanjutnya, Tim Antimudik Bang Toy­ib Polsek Cileungsi akan melakukan pengecekan surat rapid test jika pe­mudik atau pendatang itu berasal dari wilayah Jabodetabek. “Kita kan ada zonasi diperbolehkan Jabo­detabek. Tapi tetap ada sya­rat-syaratnya. Tak bisa sem­barangan,” tegasnya. Andri meminta warga yang akan mudik melintas ke Ci­leungsi atau menemui sanak saudara di Cileungsi bisa me­matuhi hal tersebut. “Ini untuk kebaikan bersama,” pungkasnya. (all/rb/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X