Metropolitan - Pandemi Covid-19 berpengaruh pada pengusaha kreatifvulkanisir ban di Desa Lumpang, Kecamatan Parungpanjang. Usaha yang diwadahi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) itu nyaris gulung tikar karena tidak ada pesanan. Unit usaha BUMDes Lumpang pengelolaan limbah ban, Lumpang Gemilang, itu bertempat di Kampung Cilangkap, RT 02/01, Desa Lumpang, Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, perjuangkan nasib para pemuda, kemarin. ”Kreatif pemuda yang terbentuk dalam wadah karang taruna bisa mengelola limbah ban menjadi vulkanisir. Kita pertemuan dengan difasilitasi pemerintah desa, akhirnya terbentuk usaha ini,” kata Ketua BUMDes Lumpang Ajies Supendi kepada Metropolitan, kemarin. Ia menuturkan, agar dalam penyusunan administrasi dapat teratur akhirnya membuka usaha pembuatan ban vulkanisir, dengan diwadahi BUMDes Lumpang dan didukung Pemerintah Desa (Pemdes) Lumpang. Ajies menjelaskan, usaha kreatif ban vulkanisir yang diproduksi menjadi ban, kursi, meja, dan tempat sampah ini berawal dari kreatif pemuda. ”Saat itu, kita coba ada limbah ban ini kita jadikan usaha pemuda yang diwadahi BUMDes Lumpang,” jelasnya. Ajies mengaku perjalanan usaha ban vulkanisir di tengah pandemi Covid-19 ini berdampak pada jumlah pemesanan. Sejak 2020, usaha ini mengalami penurunan sampai 70 persen karena adanya peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sebelumnya, lanjut Ajies, pendapatan penghasilan kita lumayan bagus dan bisa memberi upah pada pekerja. Meskipun tidak standar UMR, setidaknya para pemuda ada penghasilan dari 2018–2019. Namun, lanjutnya, usaha ini dihadapkan dengan situasi pandemi Covid-19 pada 2020, yang sangat berpengaruh pada pemesanan hasil produksi. ”Musibah Covid-19 berimbas pada pemesanan barang-barang berkurang, sehingga produksi kita ini menjadi berkurang. Bahkan, sempat berhenti dulu dua sampai tiga bulan karena tidak ada pemesanan,”bebernya. Ajies melanjutkan, jika dihitung, pengaruh pandemi Covid-19 terhadap usaha vulkanisir ban sebesar 70 persen. Ia pun mengaku menyiasatinya dengan memproduksi bahan-bahan yang ada untuk tetap bisa dijual. ”Sekarang pekerja kami tinggal menyisa empat orang, dari delapan orang. Kalau untuk pembuatan satu paket bangku dan meja itu memakan waktu dua sampai tiga hari. Dan untuk marketnya, kami hanya memasarkannya di wilayah Kecamatan Parungpanjang,” pungkasnya. (sir/b/ suf/run)