KEMANG – Keberadaan bangunan liar (bangli) di Kecamatan Kemang semakin hari semakin bertambah. Meski terlihat jelas oleh mata, pelanggaran tersebut terkesan dibiarkan. Salah satunya di sepanjang Jalan Raya Salabenda–Kemang. Bangunan semipermanen itu rencananya bakal difungsikan sebagai tempat usaha seperti warung dan bengkel.
Padahal, pembiaran yang dilakukan pemerintah suatu saat akan menjadi bom waktu tersendiri. Jika lahan itu semakin banyak bangli, maka akan semakin sulit ditertibkan. Itulah yang menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat sekitar. “Saya lihat bangli di sepanjang Jalan Raya Salabenda semakin banyak, entah siapa yang memberikan izin,” katanya.
Menurut Sigit, lokasi yang dibangun itu jelas bukan milik warga, namun milik pemerintah. Meski begitu, ia tidak tahu siapa yang memulai. Yang pasti, hingga kini jumlah bangli semakin banyak dan tak terkendali. “Selain dipakai untuk usaha warung makan dan bengkel juga dipakai usaha lainnya,” ujarnya.
Sigit menjelaskan, bangli yang paling banyak adalah yang berada di depan sekolah Borces. Meski keberadaan bangunan liar itu tidak terlalu mengganggu arus lalu lintas, tetap membuat wilayah Kemang menjadi kumuh.
“Saya lihat yang membangun di depan Hotel Laras Hati itu kebanyakan pendatang. Selama bangli berdiri, pemerintah belum pernah menertibkannya. Bahkan terkesan membiarkan dan semakin menjamur,” pungkasnya.
(bo/sal/py)