Puluhan orang duduk rapi dan memenuhi separuh luas masjid yang dikelilingi pagar tinggi berwarna abu-abu dengan kawat duri di bagian atasnya. Jamaah itu adalah warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gunungsindur.
BACAAN salawat dari pengeras suara masjid, lambat laun mulai terdengar hampir di semua sudut lapas. Usai bersalawat, mereka mendengarkan siraman rohani dari Ahmad Baihaqi Qosim, pembina keagamaan Lapas Gunungsindur yang merupakan utusan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa.
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan sebaik-baik manusia adalah orang yang tidak mengulangi kesalahan masa lalunya,” seru Baihaqi kepada warga binaan saat bertausiyah, baru-baru ini.
Pria yang hampir satu tahun aktif mengajar agama Islam kepada warga binaan ini mengatakan, respons petugas dan warga binaan di Lapas Gunungsindur sangat positif. “Alhamdulillah selama kita belajar di sini, saya diterima dan diperlakukan dengan baik. Sebab, mungkin mereka menyadari mereka butuh kegiatan agamis dengan nilai-nilai agama,” jelasnya.
Selama membina kerohanian dan keagamaan, Baihaqi melihat ada banyak potensi yang dimiliki warga binaan. “Saya melihat banyak potensi di sini. Ada yang jago buat kaligrafi, bikin seni rupa dari koran, di sana ada (menunjuk ke arah samping masjid) ada gubuk yang mereka buat sendiri. Ini bukti mereka punya antusias belajar, jadi orang yang lebih baik yang perlu kita publikasikan ke luar,” ujarnya.
Tanggapan positif juga disampaikan Kepala Subseksi Pembinaan Lapas Gunungsindur Iwan Setiawan. Menurut dia, LPM Dompet Dhuafa sangat membantu program pembinaan di lapas tersebut.
(bo/sal/py)