PARUNG – Praktik prostitusi dan warung remang-remang (warem) di kawasan Parung, terutama di Desa Jabonmekar, sudah berlangsung lama. Usai matahari terbenam, mereka berjejer di pinggir jalan yang menghubungkan Kemang-Parung tersebut. Mereka seringkali melambaikan tangan ke setiap pengendara yang melintas. Namun ketika si pengendara berhenti, para penjaja cinta itu merayu agar mereka mau diajak ke warung mereka yang terletak di gang perkampungan.
Sesampainya di warem, calon pelanggan kemudian diajak meminum miras hingga tak sadarkan diri. Nah saat itulah, para PSK mulai menekan pelanggan untuk membayar dengan harga tinggi, meski tak sampai melakukan hubungan seks. “Masih minum-minum saja, habis itu langsung ditembak harga tinggi, bisa Rp500.000. Kalau nggak bayar, pasti ada preman yang turun tangan,” kata warga Parung yang pernah terkena jebakan batman PSK di Jabonmekar Iman (34).
Menurut dia, praktik prostitusi warem sudah ada sejak dulu. Meski praktik prostitusi di Parung berlangsung terang-terangan, sejumlah warga menyebut jarang ditertibkan. “Para wanita yang berusia 20 hingga 40 tahun itu nekat beroperasi dan bekerja sama dengan sejumlah preman. Ya mirip pemaksaan lah, makanya hati–hati kalau ngopi di wilayah ini,” tambahnya.
Sementara itu, Kades Jabonmekar Ina Yuliana mengaku sering mendengar adanya pemaksaan bayaran di sejumlah warem. Namun dirinya yakin bahwa itu ulah oknum tertentu.
(khr/b/sal/py)