RUMPIN – Jalan utama kabupaten di Kecamatan Rumpin seolah dibiarkan rusak dan semakin hancur. Seperti terlihat di ruas Jalan Prada Abdullah hingga Jalan Prada Neneng yang melintasi Desa Rumpin, Desa Cipinang, Desa Sukasari, Desa Tamansari hingga Desa Sukamulya.
”Ironis, sebagai daerah penghasil berbagai macam batu, masyarakat di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, hanya mendapatkan ruas jalan rusak, berdebu pada musim panas dan berlumpur pada musim hujan,” ujar warga Desa Tamansari Mustopa (35) kepada Metropolitan, kemarin.
Informasi yang dihimpun Metropolitan, lahan tambang di Rumpin mulai ada sejak awal 2000. Usaha tambang itu, khususnya bergerak di bidang eksploitasi hasil galian batu andesit, pasir, kerikil dan teras. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) di kecamatan ini terus tumbuh pesat dan menjadi yang terbesar di Kabupaten Bogor. Mirisnya, aktivitas galian tambang dan armada angkutan tambang itu justru meninggalkan kesulitan tersendiri bagi warga sekitar.
Tak hanya mengganggu aktivitas warga, tapi juga kesehatan dan meningkatkan kecelakaan lalu lintas. ”Pekerjaan menyapu, mengelap dan mengepel jadi kegiatan rutin tambahan di rumah kami yang setiap hari cuma kebagian debu galian tambang,” ujar ibu rumah tangga warga Desa Sukamulya Hamidah (45).
Sementara itu, warga setempat Jajang menuturkan, debu kotor tersebut berasal dari jalan yang rusak saat musim kemarau. Namun bila musim penghujan, rumah warga tetap kotor karena lumpur. Kebanyakan bangunan rumah warga posisinya lebih rendah dari badan jalan. Sehingga saat hujan turun, lumpur meluap hingga halaman rumah. Jika sedang kemarau, kubangan lumpur jadi debu yang beterbangan. “Intinya, galian tambang hanya menimbulkan kesulitan bagi warga. Sedangkan yang diuntungkan hanya segelintir orang,” tuturnya.
Pantauan Metropolitan, kerusakan jalan di sepanjang jalur yang melintasi lima wilayah desa itu sangat parah. Badan jalan berlubang seperti kubangan lumpur dengan kedalaman yang cukup lumayan. Lumpur tanah yang menutupi batu tanpa aspal, membuat jalan semakin licin dan berpotensi menimbulkan kecelakaan bagi pengemudi kendaraan terutama sepeda motor.
Sedangkan tukang sayur keliling Jumadi (36) mengaku harus berjalan pelan dan ekstra hati-hati. Pengendara sepeda motor pun lebih memilih menyusuri tepian jalan untuk menghindari badan jalan yang dipenuhi lumpur.
“Kalau habis hujan memang seperti ini. Jalan jadi kubangan lumpur. Debu dan lumpur di jalan rusak membuat pemotor berasa naik kuda,” keluhnya.
(sir/b/sal/py)