bogor-utara

 Miris! Kaya Tambang Tapi Warga Rumpin Menderita

Rabu, 5 Juli 2017 | 09:36 WIB

RUMPIN – Jalan utama kabupaten di Kecamatan Rumpin seolah dibiarkan rusak dan semakin hancur. Seperti ter­lihat di ruas Jalan Prada Abdullah hingga Jalan Prada Neneng yang melin­tasi Desa Rumpin, Desa Cipinang, Desa Sukasari, Desa Tamansari hingga Desa Sukamulya.

”Ironis, sebagai daerah penghasil ber­bagai macam batu, masyarakat di Ke­camatan Rumpin, Kabupaten Bogor, hanya mendapatkan ruas jalan rusak, berdebu pada musim panas dan ber­lumpur pada musim hujan,” ujar warga Desa Tamansari Mustopa (35) kepada Metropolitan, kemarin.

Informasi yang dihimpun Metropoli­tan, lahan tambang di Rumpin mulai ada sejak awal 2000. Usaha tambang itu, khususnya bergerak di bidang eks­ploitasi hasil galian batu andesit, pasir, kerikil dan teras. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) di kecamatan ini terus tumbuh pesat dan menjadi yang ter­besar di Kabupaten Bogor. Mirisnya, aktivitas galian tambang dan armada angkutan tambang itu justru mening­galkan kesulitan tersendiri bagi warga sekitar.

Tak hanya mengganggu aktivitas warga, tapi juga kesehatan dan me­ningkatkan kecelakaan lalu lintas. ”Pe­kerjaan menyapu, mengelap dan menge­pel jadi kegiatan rutin tambahan di rumah kami yang setiap hari cuma kebagian debu galian tambang,” ujar ibu rumah tangga warga Desa Sukam­ulya Hamidah (45).

Sementara itu, warga setempat Jajang menuturkan, debu kotor tersebut be­rasal dari jalan yang rusak saat musim kemarau. Namun bila musim penghu­jan, rumah warga tetap kotor karena lumpur. Kebanyakan bangunan rumah warga posisinya lebih rendah dari ba­dan jalan. Sehingga saat hujan turun, lumpur meluap hingga halaman rumah. Jika sedang kemarau, kubangan lumpur jadi debu yang beterbangan. “Intinya, galian tambang hanya menimbulkan kesulitan bagi warga. Sedangkan yang diuntungkan hanya segelintir orang,” tuturnya.

Pantauan Metropolitan, kerusakan jalan di sepanjang jalur yang melintasi lima wilayah desa itu sangat parah. Badan jalan berlubang seperti kubangan lumpur dengan kedalaman yang cukup lumayan. Lumpur tanah yang menutu­pi batu tanpa aspal, membuat jalan semakin licin dan berpotensi menim­bulkan kecelakaan bagi pengemudi kendaraan terutama sepeda motor.

Sedangkan tukang sayur keliling Ju­madi (36) mengaku harus berjalan pe­lan dan ekstra hati-hati. Pengendara sepeda motor pun lebih memilih me­nyusuri tepian jalan untuk menghin­dari badan jalan yang dipenuhi lumpur.

“Kalau habis hujan memang seperti ini. Jalan jadi kubangan lumpur. Debu dan lumpur di jalan rusak membuat pemotor berasa naik kuda,” keluhnya.

 (sir/b/sal/py)

Tags

Terkini