METROPOLITAN - Kasus kriminal selama pandemi corona, seperti pencurian motor, penjambretan dan pembegalan dirasakan masyarakat lebih sering terjadi. Hal ini pun menjadi perhatian pemuda Bojonggede, Fauzan. Menurutnya, publik bertanya apakah kenaikan kriminalitas disebabkan pandemi corona yang telah menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaannya atau dilepaskannya narapidana (napi). ”Masyarakat merasa khawatir dan menilai keputusan pembebasan napi merupakan kebijakan yang salah. Kok tiba-tiba bisa dibebaskan, ini kan tidak masuk akal. Harusnya bisa dicegah virus masuk dari luar. Jadi saya rasa, ini kebijakan yang salah,” kata Fauzan. Tak hanya itu, sambung Fauzan, di lapas tentu sudah menerapkan physical distancing dari masyarakat luar sebelum wabah corona menyebar. “Saya khawatir di tengah gejolak ekonomi yang tidak stabil, otomatis akan banyak pula jumlah dan narapidana yang bebas. Ini tentu akan menambah jumlah pengangguran,” ujarnya. Sementara itu, warga lainnya, Andriani, kurang sependapat dengan kebijakan membebaskan napi di tengah masa pandemi corona, meskipun bebas melalui asimilasi dan integrasi. ”Ini pemikiran yang salah. Seharusnya di luar yang dilarang masuk supaya tidak menyebarkan virus di dalam,” katanya. Ia mengaku khawatir jika para napi bebas dan kembali berkumpul di tengah masyarakat, bisa saja mereka mengulangi perbuatannya. “Kalau yang di dalam malah dikeluarkan, maka yang tersebar bukan cuma virus corona, tapi juga ’penyakit’ lain, seperti maling, narkoba dan lainnya,” ujarnya. Di Kalisuren, sambung dia, satu motor lenyap di depan minimarket. ”Dalam hitungan detik motor lenyap dan pelaku melarikan diri. Itu terlihat dari CCTV,” pungkasnya. (khr/b/els/py)