METROPOLITAN.ID - Film dokumenter karya jurnalis sekaligus sutradara Dandhy Laksono berjudul Dirty Vote II O3 kini menjadi sorotan publik setelah menyajikan analisis mendalam tentang mekanisme politik di Indonesia pasca Pemilu 2024.
Film berdurasi empat jam ini menguraikan formula strategi sistematis yang disebut “3O” yaitu Otot, Otak, dan Ongkos.
Untuk memperkuat analisanya, film ini menghadirkan sejumlah akademisi terkemuka seperti Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari dari bidang hukum tata negara, serta ekonom Bhima Yudhistira dari Center of Economic and Law Studies (Cellios).
Dalam narasi mereka, film ini menelusuri pola-pola politik transaksional yang terstruktur, dari akar permasalahan hingga rekomendasi solusi konkret.
Menurut film Dirty Vote II 03, strategi "3O" lahir dari kondisi psikologis elite politik yang merasa terancam.
Misalnya meski pasangan Prabowo-Gibran meraih 58,6 persen suara di Pemilu 2024, legitimasi publik yang kuat tidak tercapai.
Survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa naiknya tingkat persetujuan masyarakat hanya menjadi 80,9 persen, meningkat tipis dari 75,6 persen era sebelumnya. Hal ini memicu penerapan strategi tiga pilar.
Baca Juga: Sering Bocor, Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor Lakukan Penggantian Pipa di Pamoyanan
Otot: Penguatan institusi keamanan seperti TNI dan Polri melalui penguasaan posisi strategis dan perluasan kewenangan.
Otak: Rekayasa hukum dan politik lewat koalisi besar, marginalisasi oposisi, serta distribusi kekuasaan dalam birokrasi dan BUMN.
Ongkos: Distribusi ekonomi untuk menjaga loyalitas yaitu melalui program desa, bantuan sosial, dan mekanisme pendanaan yang terselubung.