metro-bogor

ASYIK... PROYEK JALAN RUSAK DILELANGKAN LAGI

Jumat, 24 November 2017 | 11:38 WIB

-

GAGALNYA Pemerintah Kabupa­ten (Pemkab) Bogor menganggarkan proyek perbaikan jalan yang menca­pai puluhan miliar rupiah menjadi sorotan semua pihak. Namun setelah adanya pembahasan Ren­cana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) 2018 di Gedung Serbaguna DPRD kemarin, harapan warga memiliki jalan mulus bakal segera terwujud karena pemerintah daerah yang dipimpin Nurhayanti kembali melelangkan proyek pembangunan jalan.

DINAS Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Bogor memang menjadi ‘bidikan’ utama Ko­misi III DPRD Kabupaten Bo­gor, kemarin. Sebab, Komisi III kecewa dengan banyaknya proyek yang gagal lelang.

Menurut Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Wa­wan Haikal Kurdi, setiap tahun­nya DPUPR menjadi dinas yang langganan menjadi peny­umbang Sisa Lebih Penggu­naan Anggaran (Silpa). “Kita stressing khusus untuk DPUPR. Jangan sampai kejadian tahun ini terulang pada 2018,” ujarnya.

Wawan menambahkan, tahun ini ada tujuh paket proyek DPUPR yang bisa dipastikan menjadi Silpa, di antaranya belanja modal pengadaan konstruksi irigasi (rehabilitasi saluran Situ Cibeureum, Bo­jonggede) dengan pagu Rp789 juta. Pembangunan ruang operasional dan garasi di wi­layah Ciseeng Rp2.625.000.000.

Lalu, rehabilitasi fungsi ja­ringan irigasi Banjarwaru, Kecamatan Ciawi Rp898 juta, rehabilitasi saluran Cikupa wilayah Cibinong Rp683 juta. Ada juga belanja modal peng­adaan konstruksi jaringan irigasi Perumahan Griya Yasa Lestari wilayah Bojonggede Rp622 juta, pembuatan TPT Kali Cibeber, Kecamatan Ci­teureup Rp583 juta dan Jem­batan Cikaret pada ruas Jalan Tanjungsari, Kecamatan Tan­jungsari senilai Rp840 juta.

“Kami akan mendorong DPUPR untuk melakukan pelelangan proyek itu awal tahun anggaran terutama un­tuk proyek besar,” ungkapnya

Wawan menginginkan ada­nya pembenahan kinerja DPUPR agar lebih baik dan tidak ada lagi proyek yang tidak laku. Pihak ketiga juga bisa menganalisis waktunya. Sebab, rata-rata paket yang tidak di­kerjakan itu adalah waktu pengerjaan yang tidak memun­gkinkan. “Dari pembahasan RAPBD tersebut ada beberapa proyek yang kembali diajukan oleh DPUPR, seperti Jalan Te­lukpinang dan Banjarwaru di Kecamatan Ciawi. Insya Allah akhir Desember dilelangkan,” katanya.

Sebelumnya, Kepala DPUPR Kabupaten Bogor Yani Hasan mengakui jika lambatnya pro­ses lelang ini dikarenakan sulitnya menyamakan per­sepsi dan menyesuaikan pe­rencanaan ketika menyikapi gagalnya tujuh paket proyek pekerjaan tahun ini yang bisa dipastikan akan menjadi Silpa.

Selain itu, persiapan berkas lelang itu pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Ini memakan waktu yang cukup lama, apalagi ketika dihadap­kan dengan gagalnya lelang. "Saat konsolidasi awal, peren­canaan dan menyamakan persepsi memang menjadi kendala kami. Makanya ke­marin kami baru bisa mele­langkan paket pekerjaan per­tama di bulan Mei," katanya.

Yani juga terus melakukan evaluasi di tubuh DPUPR ter­kait gagalnya proyek peker­jaan tahun ini. Selain itu, pi­haknya juga telah mengajukan permohonan agar proyek tersebut masuk dalam APBD 2018 dengan harapan bisa dilakukan pelelangan awal tahun. "Kalau memang tidak terserap mau bagaimana, ya menjadi Silpa. Tapi kita sudah ajukan ini agar dianggarakan lagi tahun depan agar lelang bisa dilakukan di awal bukan diakhir atau pertengahan ta­hun," bebernya.

KECAMATAN JUGA JADI PENYUMBANG SILPA?

Selain DPUPR, Wakil Ketua Komisi I DPRD Irman Nurca­hyan mengatakan, kecamatan juga menjadi penyumbang silpa. Dengan batas waktu yang hanya satu bulan lagi seharus­nya serapan anggaran setiap kecamatan harus sudah dela­pan puluh persen. Sayangnya, masih ada kecamatan yang serapannya baru 50 persen dan bakal berdampak silpa.

Mengatasi hal tersebut, Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) harus segera mengeva­luasi agar serapan anggaran tahun anggaran 2017 bisa te­ralisasi. “Bupati dan sekda harus menegur camat yang realisasi serapan anggarannya masih di bawah target, jangan sampai jadi silpa, ” ujarnya.

Bila sampai Desember yang merupakan batas akhir dari tahun anggaran 2017 dana publik masih banyak yang tidak diserap, dikhawatirkan silpa 2017 akan lebih besar diban­dingkan 2016. Apalagi ada belasan paket proyek yang batal dikerjakan karena gagal lelang. “Kalau terjadi Silpa yang angkanya lebih besar dari 2016, ini akan menjadi preseden buruk, karena Pemerintah Kabupaten Bogor akan diang­gap sebagai salah satu daerah di Indonesia yang gagal melaks­anakan program pembangu­nan,” bebernya.

Halaman:

Tags

Terkini