Senin, 22 Desember 2025

Kak Seto: Creativity Quotient (CQ) Lebih Penting daripada IQ

- Rabu, 12 Oktober 2016 | 13:16 WIB

Psikolog Nasional Seto Mulyadi atau biasa disebut Kak Seto, bertandang ke Gedung Kemuning Gading, Kota Bogor, kemarin. Kunjungannya kali ini merupakan bagian dari Road Show Parents Gathering with Kak Seto yang bekerja sama dengan Jawa Pos

Acara itu dihadiri ribuan pe­serta yang terdiri dari guru PAUD, TK dan SD se-Kota Bo­gor yang antusias dengan kehadiran dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) tersebut.

Sebelum Kak Seto naik pang­gung, ditampilkan terlebih dahulu video tentang berita kekerasan seksual terhadap anak. Tidak sampai lima menit setelah video selesai diputar, Kak Seto memaparkan semi­narnya dengan menggunakan media presentasi Power Point yang menampilkan gambar kartun.

Melalui gambar, Kak Seto menjelaskan cara orang tua atau guru mengajarkan anak untuk percaya pada perasaan­nya. Yakni tidak membiarkan anak memakai pakaian minim, menutup kamar, menahan pandangan dan menjaga ke­maluannya. “Ajari anak juga untuk jujur dan terbuka ke­pada orang tua. Saat ada yang mengajak pergi dari orang yang tidak dikenal, ajarkan berkata tidak,” ujar bapak kelahiran Klaten ini.

Masih menggunakan media visual, Kak Seto memberi pe­mahaman ke seluruh audien­si yang hampir semuanya merupakan orang tua, yakni pada dasarnya semua anak merupakan anak yang cerdas pada bidangnya masing-masing. Berilah hak bermain bagi anak-anak, jangan sampai anak ma­lah menganggap sekolah se­perti penjara dan berakibat pada fobia sekolah. “Mencip­takan sekolah ramah anak. Sebab dengan sistem pendi­dikan yang tepat, dapat mengembangkan karakter anak,” katanya.

Menurut Kak Seto, belajar efektif adalah belajar dalam suasana gembira. Orang tua ataupun guru bisa mengajarkan anak lewat lagu sederhana ciptaan sendiri. Seperti jika anak sulit memahami pelajaran ma­tematika, maka diajarkan dengan cara kreatif lewat gambar dan bentuk. Bukan malah mem­bentak anak, apalagi sampai memukul karena itu sudah bagian dari kekerasan pada anak. “Hukuman bagi yang melakukan kekerasan pada anak, yakni kurungan penjara­nya tiga tahun enam bulan,” terangnya.

Dalam pemaparannya, Kak Seto pun mengajak orang tua bernyanyi dan meregangkan badan dengan sedikit senam ringan. Dari sini Alumni Uni­versitas Indonesia itu menga­jak orang tua menyadari bahwa dunia anak merupakan dunia bermain dan mereka merupa­kan peniru terbaik. Saat ini Intelligence Quotient (IQ) bu­kan segalanya, melainkan Creativity Quotient (CQ). “Kun­ci sukses menghadapi anak juga yakni dengan pengajaran kreatif karena anak ibarat bunga yang beragam. Mereka unik dan autentik serta orang tua harus jadi idola bagi putra-putrinya,” imbuhnya.

Sementara itu, Walikota Bo­gor Bima Arya mengatakan, pembangunan yang dilakukan pemerintah selama ini semata-mata untuk membangun kelu­arga sejahtera karena surga dunia berawal dari keluarga. Seperti pembangunan taman yang diperuntukan bagi kelu­arga Kota Bogor bermain dan menghabiskan waktunya ber­sama anak. “Banyaknya angka perceraian di Kota Bogor, salah satu penyebabnya juga karena kurangnya quality time ber­sama keluarga. Maka, orang tua jangan pernah bosan in­trospeksi dan evaluasi diri juga anak-anaknya,” pungkas Bima.

(*/ram/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Terkini

X