Senin, 22 Desember 2025

Dituntut Mundur, Bos Pasar Ngaku Untung

- Kamis, 9 Maret 2017 | 09:27 WIB

METROPOLITAN - Puluhan masyarakat yang tergabung dalam Front Rakyat Bogor menggelar aksi unjuk rasa di depan lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, ke­marin. Dalam aksinya, mereka menuntut Direktur Utama (Dirut) PD Pasar Tohaga Kabupaten Bogor Romli Eko Wahyudi turun dari jabatannya. Mantan komisioner KPUD Kabupaten Bogor itu dianggap gagal dalam memimpin dan mengelola seluruh pasar tradisional di Bumi Tegar Beriman.­

Ketua LSM GMBI Distrik Ka­bupaten Bogor Sambas Alam­syah mengatakan, sejak Maret 2015, manajeman PD Pasar Tohaga di bawah kepemimpi­nan Eko belum juga bisa mem­beri hasil memuaskan. Pasar tradisional yang seharusnya bisa tertata dengan rapi, bersih, nyaman dan manusiawi masih sangat jauh dari apa yang di­harapkan. ”Masih banyak kok direksi yang mumpuni, jangan salah pilih atuh. Kami minta dirut sekarang dicopot dan diganti karena masih ada ke­bocoran PAD di Pasar Leuwi­liang sebesar Rp300 juta yang dirutnya pun mengakuinya,” kata Sambas.

Ia juga mendesak aparat pe­negak hukum dapat mengus­ut dan tuntaskan kebocoran PAD yang terjadi di Pasar Leu­wiliang. Sebab, ada dugaan pembiaran pengambilan listrik yang merugikan PLN. ”Kami meminta kasus ini secepatnya diusut,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Dirut PD Pasar Tohaga Kabupaten Bogor Romli Eko Wahyudi merasa tak keberatan dengan tuntutan tersebut. Asalkan pemilik pe­rusahaan yakni Pemkab Bogor menyatakan pihaknya gagal dalam mengelola PD Pasar. “Silakan kami diganti dan tidak masalah. Tetapi kalau memang pemilik perusahaan menyata­kan kami gagal,” kata Romli.

Namun, Eko mengaku PD Pasar Tohaga saat ini sudah ada kemajuan. Berbeda dengan saat awal pihaknya menerima perusahaan yang mengalami rugi atau berutang sebanyak Rp2,3 miliar selama tujuh tahun berdiri. “Dua tahun belakangan ini kami mengelola perusa­haan fokus melunasi utang-utang dan membuat bagai­mana perusahaan bisa untung dan itu berhasil. Bahkan se­cara keuntungan untuk peru­sahan sudah bagus, dua tahun dapat Rp2,7 miliar,” terangnya.

Eko juga mengaku heran atas pernyataan yang disampaikan pengunjuk rasa bahwa kiner­janya dinyatakan gagal. Sebab, hasil audit yang dilakukan Kan­tor Akuntan Publik (KAP) pada 2015, nilai perusahaan mening­kat di angka sebesar 55 persen dengan nilai BBB. Berbeda dengan 2014 lalu, angka kese­hatan perusahaan hanya be­rada di angka 36,5 persen atau jika kurang lima persen lagi perusahaan dianggap tidak sehat.

“Artinya nilai kesehatan pe­rusahaan sekarang itu sudah lebih sehat. Bahkan, sepuluh poin lagi perusahaan ini sudah dikatakan sehat. Kita juga terus berusaha semoga dalam pro­ses kepemimpinan kami PD Pasar bisa sehat secara perlahan-lahan,” akunya.

Ia juga mengaku terbuka terhadap seluruh masyarakat yang ingin mengetahui ki­nerja PD Pasar Tohaga. Bah­kan, sekali pun pengunjuk rasa ingin mempertanyakan terkait Pasar Leuwiliang, pi­haknya telah menyiapkan kanit beserta mantan kanit Pasar Leuwiliang. “Ini saya sengaja turunkan langsung kepala Leuwiliang hingga mantan kanit kes ini (kantor, red) agar ketika pengunjuk rasa bertanya sesuatu bisa kami jawab apa adanya. Kami buka pintu dan sambut me­reka, jadi mohon dicatat bahwa dirut PD Pasar Tohaga menung­gu paling depan,” tutupnya.

(rez/b/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X