Senin, 22 Desember 2025

Waduh! Seni Budaya Lokal Terancam Punah

- Selasa, 2 Mei 2017 | 08:33 WIB

METROPOLITAN - Nilai budaya yang dimiliki setiap masyarakat memiliki kekayaan yang begitu besar nilainya, akan tetapi seiring perkembangan zaman upaya pelstariannyapun mulai luntur karena dipengaruhi aktor eksternal maupun faktor internal masyarakat itu sendiri. Hal tersebut diungkapkan Ketua Panitia Gelar Seni dan Budaya Kabogoran Jacky Wijaya.

Menurutnya, solusi agar nilai seni dan budaya tersebut tetap terjaga, maka hanya dengan pelestarian, saja. Pelestarian adalah suatu proses yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat, dan harus dikembangkan pula. Melestarikan suatu seni dan kebudayaan dapat dilakukan dengan mendalami atau paling tidak mengetahui tentang budaya itu sendiri. “Mempertahankan nilai budaya, salah satunya dengan mengembangkan seni budaya tersebut disertai dengan keadaaan yang sedang dialami pada waktu sekarang ini, sehingga bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai seni dan budaya itu sendiri,” katanya.

Senada dengan itu, pemrakarsa acara sekaligus pendiri Paguyuban Pelestari Seni dan Budaya Kabogoran, Rocky F Sbun Te'a, menjelaskan, pelestarian itu sendiri hanya dapat dilakukan dengan cara mengenal dan menginventarisasikan nilainilai seni dan budaya Kabogoran itu, sendiri. Ke depan, paguyuban yang dibentuknya, akan senantiasa menyajikan temuan seni dan budaya yang dimiliki Bogor baik di Kota maupun di Kabupaten Bogor. "Sudah saatnya, kalau bukan oleh kita maka pelestarian seni dan budaya itu, akan dilakukan oleh siapa lagi" ujar Rocky Te'a.

Menyikapi hal itu, Ketua DK3B Usmar Hariman yang juga wakil walikota Bogor, menjanjikan pelestarian seni dan budaya akan terus digali dan dikembangkan walau perkembangan budaya asing, terus bergulir seolah akan menghancurkannya. "Bahkan kami di DK3B telah merencanakan adanya pagelaran akbar di setiap penghujung tahun, agar warga Bogor mengingat dan menumbuh kembangkan seni budaya Kabogoran yang menjadi warisan nenek moyang kita.

Dalam acara yang juga dihadiri para sesepuh Bogor, seperti Ki Adi Cakra, dan Abah Helmi Soetikno, panitia secara khusus menyerahkan Piagam Penghargaan khususnya kepada dua pelaku sejarah yang memasang Kujang (keris) di tugu pada sekitar 1982 lalu. Selain itu, piagam penghargaan juga diberikan kepada para ketua dan pengurus Perguruan Silat di Bogor, yang dengan segala kekurangannya, masih tetap komit melestarikan seni dan budaya khususnya yang ada di dunia persilatan, seperti ketuk tilu, gendang pencak. Pagelarannya sendiri, diwarnai dengan penampilan menakjubkan dua anak berusia 4 tahun, yang berhasil memukau ratusan hadirin. Selain itu, para pendekar sepuh, yang usianya sudah renta, seolah bersemangat saat mempertunjukkan kehebatannya di atas panggung.

(*/els/dit)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X