Minggu, 21 Desember 2025

Rerouting Masih Setengah Hati

- Selasa, 23 Mei 2017 | 08:07 WIB

METROPOLITAN – Setelah Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menerapkan program rerouting di TPK 02 dan 03, sejumlah angkot dari Terminal Bubulak masih be­roperasi hingga Sukasari. Padahal seharusnya 486 ang­kot dari enam badan hukum tersebut beroperasi hingga Ciawi, karena dengan penerapan rerouting ini trayek bertambah panjang. Namun sejumlah sopir angkot malah memutar balik di Sukasari karena tidak mau beroperasi hingga Ciawi.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor Moch Ischak AR mengatakan, Pemkot Bogor setengah hati melaksanakan program rerouting. Ka­rena dengan diterapkannya program rerouting seha­

 usnya ada pengawalan yang tuntas dari Pemkot Bogor hingga program berjalan lanrcar. “Ini hanya dikawal hanya dua hari sedangkan selanjutnya tidak ada pengawalan dari Pemkot Bogor,” ujarnya ke­pada Metropolitan.­

Selain itu, masih beroperasi­nya trayek 21 Baranangsiang-Ciawi menjadi persoalan juga. Seharusnya dengan beopera­sinya TPK 02 dan 03, trayek 21 tidak beroperasi kembali. Ka­rena menurut Ischak akan membuat persaingan ketat dijalur yang dilalui. “Jalur Tajur ini memang pasti sangat padat, karena tidak hanya angkutan kota yang melintasi jalur itu tetapi angkutan dari kabupaten juga melintasi. Sehingga pe­numpang dapat memilih yang mana saja angkutan yang akan ia gunakan,” terangnya.

Sementara itu, Pengamat Trans­portasi Budi Arief menyayangkan, realisasi rerouting yang tidak dilakukan serentak untuk semua rute angkot. Hal itu pun akan menyebabkan penumpukan kendaraan serta kemacetan pada titik tertentu seperti Ciawi, Bubulak dan lainnya. Budi me­nilai, persiapan yang dilakukan pemkot kurang matang se­hingga pelaksanaan rerouting tidak maksimal. “Niat pemkot sudah bagus mau menata trans­portasi dengan konsep rerouting. Tapi pelaksanaan di lapangan tidak sesuai konsep. Saya pikir ketika diterapkan akan langsung seluruh koridor,” paparnya.

Menurut Budi, permasalahan pada Pemkot Bogor untuk menerapkan program yaitu tidak mempersiapkan angga­ran khusus untuk rerouting. Sehingga pelaksanaan di la­pangan itu pun sudah maksimal. “Masalahnya pemkot tidak punya dana yang disediakan untuk rerouting. Jika hanya dua koridor justru akan bersing­gungan dengan rute lain dengan tujuan yang sama. Karena ma­sih banyak angkot yang meng­gunakan rute lama,” katanya.

Ia menjelaskan, dampak pe­nerapan rerouting hanya dengan dua koridor bisa terjadi penum­pukan kendaraan terutama un­tuk rute Ciawi dan Bubulak. “Seharusnya memang direalisa­sikan serentak, karena tujuan dari rerouting adalah memper­mudah masyarakat. Serta men­gutamakan penggunaan trans­portasi publik. Dengan adanya rerouting, orang tidak meng­gunakan kendaraan pribadi lagi,” tandasnya.

(mam/b/els/dit)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X