Dalam dunia pendidikan, mendapatkan teori saja masih dianggap belum memadai dalam menguasai satu bidang tertentu. Apalagi jika itu berkaitan dengan bisnis. Hal itu yang mendasari Harisma School of Business menerapkan pengajaran seputar bisnis di lembaga pendidikan yang berlokasi di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ini.
Sejak 23 tahun lalu, Harisma School of Business konsisten memberikan pendidikan bisnis. Lembaga pendidikan ini dikelola para profesional berlatar belakang pendidikan beragam. Seluruh pengajar merupakan para praktisi bisnis yang berpengalaman mengelola lembaga pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Salah satu pengajar di Harisma School of Business Abdul Haris Maraden menuturkan, lembaga kursus ini bekerja sama dengan Universitas Terbuka.
Mahasiswa akan diajarkan lebih mengenal dunia bisnis secara riil. Mereka turun langsung mengelola sebuah usaha sambil mempelajari ilmu teoritis. “Materi khusus yang kami ajarkan menitikberatkan pada pemberian materi yang sifatnya riil. Artinya kami menunjang dengan praktik langsung, bagaimana menjadi pengusaha yang baik dan sukses,” katanya.
Nantinya, mahasiswa akan ditempatkan di beberapa tempat usaha yang bekerja sama dengan kami, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha dengan pengalaman langsung. Program yang diajarkan ini, lanjut Haris, memang didesain untuk menghasilkan lulusan sarjana yang mampu merintis, mengelola dan mengembangkan usaha sendiri. “Sehingga dapat memekerjakan orang lain, tak perlu repot-repot melamar kerja. Bahkan bisa mengurangi jumlah pengangguran,” tukasnya.
Haris menambahkan, slot untuk mengikuti kursus di lembaga kursus ini terbatas, hanya 30 orang. “Kami punya program bantuan Rp20 juta per mahasiswa di akhir kursus yang bisa membantu mahasiswa untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalani atau usaha baru yang hendak dirintis. Modal itu berasal dari program Ikatan Alumni Universitas Terbuka (UT). Maka dari itu kami hanya menerima siswa 30 orang saja,” bebernya.
Biaya kursus di tempatnya sangat terjangkau. Pada semester pertama, tidak ada biaya yang harus dibayarkan selain uang pendaftaran Rp500. 000. “Baru pada semester dua akan ada semacam biaya laba bagi hasil dari usaha yang dijalankan, artinya kami juga mengajarkan bagaimana mengelola laba dengan baik, bagaimana soal bagi hasil. Artinya lembaga kursus ini menunjang siswa agar memahami materi teoritis melalui pengalaman turun langsung di lapangan, dengan begitu diharapkan siswa menjadi sukses,” tutupnya.
(cr1/b/els/dit)