METROPOLITAN - Sebanyak 4.800 pelanggar lalu lintas yang terjaring dalam Operasi Patuh Lodaya yang digelar Polresta Bogor Kota, menggeruduk Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Bogor di Jalan Juanda No 6, Kota Bogor, kemarin. Ribuan pelanggar itu hendak mengambil barang bukti tilang ataupun membayar denda tilang. Hal ini membuat penumpukan antrean yang cukup panjang.
Kasi Intel Kejari Kota Bogor Andhie Fajar Arianto mengatakan, 4.800 pelanggar lalu lintas tersebut merupakan pelanggar yang diputus sidang, kemarin. Mereka hendak mengambil barang bukti SIM ataupun STNK yang ditahan saat terkena tilang pihak kepolisian. ”Nah, untuk proses pengambilan barang bukti yang ditahan juga disediakan loket Bank BRI. Sehingga, pelanggar tidak mengalami kesulitan pembayaran. Mereka melakukan pembayaran di loket yang disediakan lalu menyerahkan struk pembayaran ke petugas sebelahnya untuk pengambilan SIM ataupun STNK yang ditahan,” ungkap Andhi.
Andhi melanjutkan, nilai denda pelanggar variatif. Sesuai penetapan putusan hakim, denda mulai kisaran Rp50 ribu tetapi nilai maksimalnya ada. Namun, yang dibayarkan sesuai pelanggaran yang dilakukan pengemudi saat terkena tilang. ”Proses pengambilan barang bukti hasil sidang hari ini terbilang meningkat cukup tinggi. Sebab, di hari-hari sebelumnya hanya sekitar 1.000-2.000 pelanggar. Saat ini mencapai 4.800 jumlahnya, jumlahnya di luar biasanya,” tuturnya.
Ia menuturkan, tingginya jumlah hasil sidang yang diputus kemungkinan tidak akan bisa semua terlayani hari ini. Tetapi yang tidak bisa terambil hari ini, bisa diambil hari berikutnya saat hari kerja. ”Loket dibuka setiap hari kerja mulai pukul 09:00 sampai 16:00 WIB. Keberadaan barang bukti yang ditahan di sini dijamin aman dan tidak akan hilang sampai dua tahun kemudian,” tuturnya.
Sementara salah seorang warga yang hendak mengambil denda tilang, Ridwan warga Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, mengaku cukup kelelahan mengantre di loket Kejari Kota Bogor. Selain waktu berpuasa, hal ini karena tempat yang sempit dengan loket yang sempit. ”Ini evaluasi saja, harusnya di lapangan saja karena sempit. Saya dari pagi terhambat dengan tidak tertibnya orang yang mengantre. Kalau di lapangan bisa enak. Ini tempatnya sempit, tetapi saya mengetahui kalau tidak bisa diambil hari ini ya hari kerja berikutnya,” terangnya.
(inc/els/run)