Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Bogor memastikan stok sembako di Kabupaten Bogor sebelum hingga setelah Idul Fitri aman. Hal tersebut diketahui saat Disperdagin bersama Komisi II DPRD Kabupaten Bogor melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah pasar tradisional dan modern yang ada di wilayah Bumi Tegar Beriman, kemarin.
Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Bogor A Tohawi mengungkapkan, selain stok yang melimpah, harga bahan pokok pada H-12 Lebaran juga cenderung stabil. Seperti daging segar di pasaran saat ini berkisar antara Rp110 ribu hingga Rp120 ribu per kilogram. ”Untuk daging segar, kami temukan tiga harga. Ada yang Rp110 ribu, Rp115 ribu dan Rp120 ribu. Cenderung stabil. Saya juga sudah periksa pasar-pasar di utara, timur, selatan dan barat. Harganya masih di kisaran segitu untuk daging segar,” kata Tohawi saat menyambangi Pasar Citereup.
Begitu juga dengan harga daging sapi beku, di Pasar Citeureup harga daging beku berkisar di angka Rp80 ribu. ”Kami juga ke Giant di Cibinong Square. Harga daging beku buka berkisar di Rp80 ribu. Tapi sejauh ini saya lihat daya beli masyarakat masih rendah. Kan biasanya dua minggu sebelum Lebaran sudah ramai,” ucapnya.
Sedangkan untuk bawang merah dan bawang putih, dilanjut dia, pasar modern dan tradisional memiliki harga tidak jauh berbeda. Di pasar modern, bawang putih dijual dengan harga Rp35 ribu per kilogram. Lalu, di pasar tradisional harga bervariasi antara Rp36 ribu hingga Rp38 ribu per kilogram. ”Kalau bawang kan kewenangannya ada di pemerintah pusat. Jadi kami hanya menerima stok yang dikirimkan ke kami. Tapi sejauh ini semua masih aman. Harga masih terkendali juga karena kami terus bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan pusat,” ujarnya.
Sementara itu, untuk menstabilkan harga, Disperdagin menggelar bazar di beberapa titik dengan melibatkan toko-toko retail, bulog dan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Sasaran konsumennya meliputi masyarakat tidak mampu atau rumah tangga miskin. Disperdagin memastikan jika barang-barang yang dijual berada di bawah harga pasar. ”Itu upaya kami menstabilkan harga. Kami sudah gelar bazar di Kecamatan Tenjo, Nanggung dan Kecamatan Rancabungur. Sasarannya tentu rumah tangga miskin bisa mendapatkan sembako murah di bawah harga pasar,” kata Kepala Bidang Perdagangan pada Disperdagin, Jona Sijabat.
Pekan depan, bersama Disperdagin Provinsi Jawa Barat akan menggelar Operasi Pasar Murah (OPM) bersubsidi di beberapa titik. Dalam OPM itu, subsidi untuk bahan kebutuhan pokok mencapai 50-60 persen di bawah harga pasar. ”Intinya, Kamis pastikan untuk Lebaran tahun ini, stok sembako aman dan distribusi pun aman,” ucapnya.
Jona memprediksi, pergerakan harga akan terjadi pada H-7 Lebaran di seluruh pasar. Mengingat permintaan tinggi dari masyarakat. Namun, dia akan terus memantau untuk mencegah adanya lonjakan harga yang tidak wajar, terlebih barang yang menjadi langka. ”Terakhir kami cek harga kan 5 Juni lalu. Tapi, pergerakan harga kemungkinan akan terjadi lagi sepekan sebelum Lebaran. Pun kalau ada kenaikan tidak terlalu signifikan. Karena, pada 5 Juni kemarin juga harga untuk beberapa komoditi cenderung bervariasi,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor Soetrisno mengimbau masyarakat untuk menghindari membeli daging di lapak penjualan yang memiliki penerangan cukup. ”Jangan beli karena tergiur harga murah. Jangan beli malam hari dan jangan sungkan lapor polisi juga kalau menemukan daging rusak dijual,” kata Soetrisno.
Menurutnya, kenaikan harga pada Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri 2017 pasti akan terjadi mengingat tingginya permintaan. Namun, untuk keamanan dan ketersediaan, khususnya daging sapi, ayam dan telur, ia memastikan aman. ”Jadi untuk stok, daging sapi ya pemerintah sudah menyiapkan baik sapi lokal maupun impor. Kami belum dapat data jumlahnya berapa banyak. Namun untuk impor sudah dipastikan aman dan halal,” ucapnya.
Untuk sapi impor, kata dia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan datang langsung ke negara pengekspor untuk memastikan tata cara pemotongan sesuai syariat Islam dan tidak bercampur dengan hewan lain. Serta memastikan kesehatan hewan bersama Dirjen Peternakan. ”Kalau di daerah, menyiapkan lemari-lemari es untuk penyimpanan dagingnya. Memastikan ketersediaan listrik PLN maupun genset. Untuk mencegah daging busuk dijual di pasaran,” tutupnya.
(rez/c/els/dit)