METROPOLITAN – Kecanggihan teknologi semakin hari semakin tak terbendung lagi. Berbagai kemudahan diberikan, termasuk yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Cibinong. Lapas Kelas II A Cibinong menerapkan sistem transaksi nontunai bagi seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang hendak melakukan transaksi di dalam lapas.
Kepala Lapas Kelas II A Cibinong Anak Agung Gde Krisna menjelaskan, dasar penerapan teknologi berbasis finger print tersebut berawal dari adanya sejumlah kantin di dalam lapas yang memberlakukan harga yang cukup mahal. Sehingga dengan dasar permasalahan tersebut tak ada lagi barang bawaan yang dibawa ke lapas baik alat telekomunikasi termasuk barang bawaan berupa makanan. “Semua harus steril, jadi sekarang itu sudah nggak ada lagi cerita harga jajanan dan makanan di kantin mahal dibandingkan harga di luar. Jadi keluarga nggak usah repot-repot bawa dus mi dan kopi ke lapas,” kata Agung usai meluncurkan sekaligus menyosialisasikan Finger Print Kantin Jempol dan Buka Bersama di Lapas Kelas II A Cibinong, kemarin.
Dengan penerapan sistem teknologi finger print, WBP yang ingin bertransaksi cukup menggunakan jempolnya, secara otomatis mengurangi saldo yang berada di masing-masing virtual account WBP yang bersangkutan. “Harapan kami tidak ada lagi perbedaan harga jual di kantin yang disediakan di lapas juga tidak ada pemerasan dan pungutan liar yang terjadi,” ucap Agung.
Tak hanya itu, sambung Agung, manfaat dari transaksi nontunai tersebut keluarga tak perlu repot-repot menemui WBP yang sedang menjalankan masa tahanan. Karena, kalaupun WBP mau menambah saldo, keluarga cukup transfer melalui bank baik konvensional atau syariah. Selain itu agar mempermudah transaksi keluarga WBP disarankan untuk menjadi nasabah BNI. “Saya paham keluarganya jauh, tidak harus datang lagi ke Cibinong nanti, cukup kirim Rp100.000 misalnya, kalau ongkosnya datang ke lapas Rp200.000, berapa costnya, kalau sekarang tinggal transfer, uangnya masuk di jempolnya langsung,” imbuhnya.
Agung berharap, selain progam ini dapat dijadikan percontohan bagi lapas lain. Dari pengembangan sistem ini, WBP merasa aman, nyaman dan tenteram ke depannya. “Setidaknya yang saya harapkan itu lapas seperti di rumah sendiri. Semoga warga binaan di lapas lain juga bisa mendapatkan fasilitas sama seperti di sini,” harapnya.
(rez/b/els/dit)