METROPOLITAN - Institusi Pertanian Bogor (IPB) mengkritisi kebijakan pemerintah yang akan mengimpor beras. Menurut Direktur Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian IPB, Dodik Ridho Nurrohmat, impor beras dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan beras nasional, namun harus diikuti kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap beras produksi petani lokal.
Namun, pada saat bersamaan, pemerintah juga harus menjamin harga beras tidak anjlok yang bakal merugikan para petani. “Rencana impor beras tidak bisa dilihat dari perspektif tunggal menjadi sekedar mengejar rente. Persoalan tersebut dianggap berkaitan dengan berbagai dimensi permasalahan yang kompleks, salah satunya dengan akurasi data pertanian padi,” katanya kepada awak media, kemarin.
Impor beras, sambungnya, akan efektif bila dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog). Dodik menganggap, impor beras saat ini bisa menguntungkan karena terdapat selisih harga yang cukup besar, antara harga domestik dengan beras impor, sesuai harga beras di pasar internasional. “Kira-kira selisihnya sekitar Rp1.000-2.000 per kilogram,” ucapnya.
Dodik menerangkan, harga beras impor yang rendah tidak selalu menunjukkan tingkat efisien dan produktivitas para petani dalam negeri yang rendah. Hal itu juga bisa disebabkan kelebihan stok beras di negara-negara importir beras, seperti Vietnam dan Thailand. Menurutnya, kelebihan tersebut perlu dijual meski dengan harga murah. “Salah satunya ke Indonesia,” ujarnya.
Bulog diharapkan bisa membatasi kuota beras impor, sesuai dengan kebutuhan wajar masyarakat. "Keuntungan dari penjualan beras impor itu, bisa digunakan untuk membeli beras dari petani lokal, sesuai HPP yang telah dinaikkan itu. Itu jadi solusi menyelesaikan polemik rencana impor beras ini," ungkapnya.
Upaya tersebut, sambungnya, bisa berjalan lancar apabila pemerintah menggunakan data yang lebih akurat. Para akademisi menduga data yang digunakan pemerintah pusat selama ini sifatnya berlebihan, sehingga tidak mengharuskan impor beras. “Meski menurut data, stok beras nasional kurang,” paparnya.
Sementara Petugas Tata Usaha Unit Pasar Bogor Vera menjelaskan, harga beras di Kota Bogor per kemarin ada penurunan harga. Untuk beras medium, ada di kisaran Rp12 ribu per kilogram, turun sekitar seribu rupiah dari harga sebelumnya Rp13 ribu per kilogram. “Sedangkan beras bulog masih bertahan di Rp9.350 per kilogramnya,” tutupnya.
(ryn)